Pada hari ini, Minggu tanggal 5 Maret 2017, seharusnya menjadi hari ke-11 dalam agenda latihan kemandirian anak-anak kami. Seharusnya pula, latihan kemandirian itu disesuaikan dengan target kemandirian yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Namun, karena ada beberapa kendala, khususnya untuk latihan kemandirian Hizli, maka target kemandirian yang sudah saya sampaikan sebelumnya perlu ada revisi lagi. Khususnya bagi kami, sepertinya kami perlu memantapkan rumus TTSK kami lagi: ke-Tegasan, ke-Tegaan, ke-Sabaran, dan ke-Konsistensi-an.
Oke, pada tulisan kali ini, saya tidak akan membicarakan target kemandirian yang sebelumnya sudah saya tulis. Justru saya akan membicarakan 'target kemandirian' dadakan yang saya targetkan dadakan pula pada kedua anak saya.
Jadi, hari ini saya harus menghadiri kelas rutin parenting dan fiqh di Madrasattun Nissa. Seperti biasa, setiap saya harus pergi belajar, kemungkinannya ada dua: pertama memberikan kesempatan pada anak-anak saya untuk ber-father's day; atau kedua menitipkan kedua anak saya di rumah orang tua saya. Khusus hari ini, pilihannya adalah gabungan dari kedua. Anak pertama saya ber-father's day dengan suami saya, sekaligus ada playdate dengan teman-teman homeschoolingnya; dan anak kedua saya dititipkan di rumah orang tua saya.
Alhamdulillah kedua anak saya berhasil menjalani keduanya dengan baik. Untuk Javas, suami saya cerita bahwa dia bisa bersosialisasi dengan baik dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Javas mau menyapa dan bermain bersama dengan anak-anak sebayanya. Pun tidak ada masalah ketika berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua dengannya. Javas pun aktif sekali mengikuti kegiatan yang diadakan di playdate tersebut dan mau mengikuti runtutan acara yang berlaku. Tentu hal ini membuat kami merasa senang, sebagai orang tuanya. Karena hal ini membuktikan bahwa tidak ada masalah pada anak kami dalam hal bersosialisasi dan berkomunikasi; meskipun sehari-hari, setiap senin sampai jumat, anak-anak kami 'bersekolah' di rumah dan tidak main ke luar rumah tanpa pengawasan. Kalaupun main, mereka hanya main sekitar 30 menit dan itu tidak setiap hari.
Lanjut ke Hizli. Alhamdulillah, dia juga bisa diajak kerja sama. Ketika saya jelaskan bahwa saya harus menghadiri kelas belajar dan abangnya bersama ayah harus mengikuti playdate; berarti Hizli akan ditinggal sendiri di rumah jiddah, dia bisa menerima dengan baik tanpa rewel dan menangis. Sepulang saya ke rumah, kemudian saya tanya ke orang tua saya, apakah ada masalah ketika Hizli ditinggal sendirian, mereka jawab: Hizli baik-baik saja, bermain dan beraktifitas seperti biasa, tidak bertanya-tanya atau rewel kapan ayah, bunda, dan abangnya pulang. Saya senang sekali mendengarnya. Bagi saya, ini satu step kemajuan dalam latihan kemandirian Hizli.
#LatePost
Tangerang, Minggu 5 Maret 2017
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
Ulat yang rakus itu tak kan selamanya merusak kecantikan dedaunan. Ada suatu masa ketika Allah memintanya ber-tahannuts dalam kepompongnya. Kemudian atas kehendak Allah, keluarlah ia menjadi seekor kupu-kupu cantik yang memberikan manfaat. Sekiranya begitulah harapan pada diri saya. Semoga blog ini menjadi lembaran-lembaran bermanfaat yang mencatatnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Tugas Chukyuu 5
Komono Kitchen Hal yang dilakukan: 1.Mencuci piring dan peralatan masak setelah selesai masak 2.Mengelap cipratan minyak pada dinding da...
No comments:
Post a Comment