Friday, 31 March 2017

Family Project 3: Crafting!!

Family Project kami yang ketiga adalah membuat pembatas buku. Gagasan untuk membuat pembatas buku ini muncul karena anak-anak sukaaaa sekali membaca buku; sedangkan saya sangat suka kalau buku-buku koleksi kami tetap terjaga kerapihannya. Maka jadilah kami membuat pembatas buku, agar buku-buku tersebut awet tanpa ada lipatan-lipatan di ujung-ujungnya sebagai penanda batas bacaan.

Family Project 3 : Crafting

Penanggung Jawab: Bunda

Pelaksana: Javas dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas menyiapkan alat, bahan, dan pola
  • Javas bertugas menggunting dan berkreasi pada pembatas buku buatannya
  • Hizli bertugas berkreasi pada pembatas buku buatannya
Alat dan Bahan: karton, lem, gunting, spidol, crayon, pernak-pernik crafting

Waktu Pelaksanaan: Jumat, 31 Maret 2017

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
  • Sebelum pelaksanaan 'Family Project'
  • Saat pelaksanaan 'Family Project':  
  • Setelah pelaksanaan 'Family Project'
Evaluasi: 

Berikut adalah foto-foto kegiatan kami:

Tuesday, 28 March 2017

Family Project 2: Makan Siang Bersama

Alhamdulillah hari ini tanggal merah; sehingga suami saya tidak kerja. Jadilah proyek keluarga kami hari ini adalah "Makan Siang Bersama". Sebenarnya sangat sederhana sekali proyek ini; tapi esensi di dalamnya yang sangat istimewa. Karena dalam keseharian kami jarang sekali makan bersama. Bahkan ketika akhir pekan, dalam beberapa kali akhir pekan belakangan ini, saya dan suami selalu mengikuti seminar pengasuhan; jadilah kami kekurangan waktu untuk bersama. Maka pada siang hari yang cerah ini, kami jadikan sebagai moment untuk saling bersama dalam proyek makan bersama. Kira-kira beginilah proyek keluarga kami pada hari ini:

Family Project 2 : Makan Siang Bersama

Penanggung Jawab: Ayah

Pelaksana: Bunda, Javas, dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas membeli makanan.
  • Javas bertugas menemani bunda beli makanan dan menyiapkan nasi ke meja makan
  • Ayah dan Hizli bertugas menyiapkan peralatan makan di meja makan.  
Alat dan Bahan: piring, sendok, makanan.  

Waktu Pelaksanaan: Selasa, 28 Maret 2017

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
Sebelum Pelaksanaan: Ide proyek keluarga kami kali ini, saya utarakan sebelum waktu makan siang. Hal ini terinspirasi karena suami saya sedang libur dan kami tidak ada agenda apa pun keluar rumah. Ketika saya menyampaikan ide tersebut kepada anak-anak dan suami, Alhamdulillah mereka menerimanya dengan senang dan semangat. Anak sulung saya, Javas, yang paling semangat karena dia mendapat tugas menemani saya beli makanan matang; berarti dia bisa ikut jalan-jalan sebentar ke luar rumah. Anak kedua saya, Hizli, juga semangat dengan rencana ini; tetapi dia sedikit bersedih karena kebagian tugas hanya di rumah dan menyiapkan piring bersama ayah. 

Saat Pelaksanaan: Javas senang sekali saya ajak keluar rumah untuk membeli masakan Padang. Walaupun cuaca siang tadi sangat panas dan terik, tetapi tidak menurunkan semangat Javas untuk menjalankan tugasnya. Akhirnya dia berinisiatif untuk membawa payung, supaya tidak kepanasan di jalan, katanya. Setelah sampai di rumah sepulang membeli makanan, saya segera menyiapkan nasi dengan dibantu Javas untuk membawakannya ke meja makan. Semua senang karena bisa menyiapkan makanan bersama untuk dinikmati bersama. Hanya saja ketika mulai makan, Javas dan Hizli tidak segera ikut makan bersama. Mereka bilang bahwa masih kenyang karena minum jus. Iya memang, sebelumnya Javas minum jus jeruk sunkist dan Hizli minum jus alpukat. Ya sudah, walaupun kami tidak bisa makan bersama secara harfiah, tetapi ketika waktu makan siang tadi, kami berada di waktu dan tempat yang sama. Ini benar-benar sangat istimewa bagi keluarga kami; mengingat kesibukan suami saya di luar rumah pada hari biasa; ditambah lagi kesibukan saya yang ikut seminar saat akhir pekan. 

Selesai Pelaksanaan: Selesai makan bersama, saya bersama suami dan anak-anak menghabiskan waktu di kamar tidur sambil menikmati dinginnya AC kamar. Di tengah kebersamaan kami, saya bertanya perasaan Javas saat menyiapkan moment makan bersama tadi. Javas bilang bahwa dia senang. Tapi besok lagi dia tidak mau ikut ke luar beli makanan, karena di luar sangat panas dan capek. Kalau Hizli, dia juga senang dan bilang bahwa dia mau ikut ke luar beli makanan; karena di rumah bosan. Hehehe. Ya sudah, kalau begitu, besok lagi bertukar peran saja. Sedangkan kalau suami saya, beliau jawab: besok lagi kita nge-Go Food aja, ya, Bun! Hehehe. Oke, Ayah! 

Berikut foto-foto kegiatan proyek keluarga kami hari ini: 


#TantanganHari2
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Thursday, 23 March 2017

Family Project 1: Membuat Teh

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya  kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkatan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra: 23-24) 


Beberapa hari ini, dua ayat di atas menjadi pembelajaran dalam kegiatan homeschooling kami. Dalam keseharian, saya dan suami selalu mengulang-ulang membacakan ayat-ayat ini kepada kedua anak lelaki kami; sekaligus men-saounding beberapa aktivitas yang kami golongkan sebagai aktivitas 'berbakti kepada ayah bunda'. Qodarullah, materi yang disampaikan dalam kuliah Bunda Sayang IIP adalah membuat 'Family Project'. Jadilah kami membuat 'Family Project' pertama kami yang dilandasi oleh dua ayat di atas. Jadi beginilah detail 'Family Project' pertama kami: 

Family Project 1 : Membuat Teh untuk Berbuka Puasa

Penanggung Jawab: Bunda

Pelaksana: Javas dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas menyiapkan alat dan bahan.
  • Javas dan Hizli bertugas membuat teh. 
  • Ayah dan Bunda bertugas mencicipi teh buatan Javas dan Hizli.  
Alat dan Bahan: dua gelas tinggi, dua sendok, dua kantong teh, gula pasir secukupnya, air panas, air biasa, nampan. 

Waktu Pelaksanaan: Kamis, 23 Maret 2017 (saat Ayah puasa sunnah dan Bunda puasa bayar hutang Ramadhan)

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
  • Sebelum pelaksanaan 'Family Project': Pembicaraan mengenai Family Project kami ini dilakukan pada malam sebelumnya ketika menjelang waktu tidur. Pembicaraan itu terjadi begitu saja dan ide pun muncul secara tiba-tiba. Qodarullah memang saya dan suami ingin melaksanakan puasa pada hari kamis, juga kami sedang membahas dua ayat dalam Al-Quran tentang adab terhadap orang tua; jadilah kami mengambil ide yang sederhana, namun cukup esensial bagi pembelajaran anak-anak kami. Saat pembicaraan rencana project tersebut, Javas dan Hizli menyambut dengan gembira. Tentu mereka gembira, karena teh adalah minuman kesukaan mereka dan sehari-hari kalau yang namanya kegiatan eksplorasi dengan makanan (cooking experience); mereka pasti akan sangat antusias sekali. 
  • Saat pelaksanaan 'Family Project': Ketika pelaksanaan cukup banyak kehebohan terjadi dan beberapa hal yang di luar perencanaan. Kehebohan sudah mulai muncul ketika menjelang adzan maghrib. Saat itu saya belum mandi dan peralatan untuk membuat teh belum disiapkan, termasuk belum ada air panas karena kami tidak menggunakan termos air panas di rumah; anak-anak pun bertanya-tanya, "Bunda, kapan bikin teh nyaaaa? Ini udah mau maghrib lho..." Hal yang terjadi di luar rencana adalah karena suami saya belum pulang dan dia lembur. Jadilah kami hanya bertiga saja mengerjakan project ini. Alhamdulillah anak-anak tetap senang menjalani project ini. Hal itu terlihat dari antusiasme mereka dalam melakukan segala hal yang diinstruksikan; bahkan sebelum diinstruksikan pun mereka sudah berinisiatif untuk melakukannya. Contohnya seperti Javas yang sudah langsung menuangkan gula padahal teh nya belum terlalu larut di gelasnya. Juga Hizli yang langsung mencicipi tehnya, padahal belum dituangkan air biasa ke dalam gelas, sehingga Hizli kepanasan saat mencicipinya. 
  • Setelah pelaksanaan 'Family Project': Menjelang waktu tidur, ketika suami saya sudah pulang, barulah kami membahas lagi tentang project pertama keluarga kami. Saya bertanya perasaan anak-anak saat membuat teh dan mereka menjawab bahwa mereka sangat senang. Bahkan kata Javas, besok-besok kalau Ayah dan Bunda puasa lagi, dia yang mau membuatkan teh dan memberikannya ke Ayah dan Bunda. Hizli pun demikian. Dia merasa senang karena bisa ikut menyiapkan minuman berbuka puasa, walaupun rasa teh nya masih kurang manis. Hehehe. Lalu saya bertanya kepada mereka, bagaimana perasaan mereka karena ayah pulangnya telat. Dan mereka jawab, "Ya nggak apa-apa. Kan tehnya jadi aku yang minum." Hahaha. Kontan jawaban ini membuat saya dan suami tertawa.
Evaluasi: 
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, sejatinya kegiatan Family Project kami haruslah dihadiri lengkap oleh seluruh anggota keluarga. Karena kalau saja ada satu anggota keluarga yang tidak lengkap, maka akan terjadi kehebohan dan kerepotan yang di luar dugaan. Selain itu, saya pun mengerti bahwa untuk keluarga kami, tidak perlu project yang terlalu ribet dan membutuhkan banyak biaya. Bahkan project sederhana dengan biaya yang murah, asalkan sesuai dengan target pendidikan dan pengasuhan, bisa saja langsung kami lakukan. 

Berikut adalah foto-foto kegiatan kami:









Selesai

#TantanganHari1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Wednesday, 15 March 2017

Game Level1: Tantangan 10 Hari Komprod & Review

Game Kelas Bunda Sayang


Level 1
TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF

Selamaaat anda memasuki game level 1, di kelas bunda sayang ini.

Dan inilah tantangan bulan ini :

KOMUNIKASI KELUARGAKU

a. Buatlah "family forum" ( forum keluarga) sebagai sarana komunikasi ala keluarga anda.

b. Ceritakan dg narasi pendek dan boleh disertai foto,

🍀Hal menarik apa saja yang anda dapatkan dalam berkomunikasi dengan keluarga anda hari ini?

🍀Perubahan apa yang anda buat hari ini dalam berkomunikasi?

c.Waktu yang kami berikan dari tanggal 24 januari -  11 feb 2017.

d. Anda cukup mengupload/menceritakan 10 hari dari 17 hari yg kami sediakan.

e. Setiap kali posting/upload gambar jangan lupa pakai hastag

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

f. Link tulisan dan foto anda dikumpul setiap hari di form yang sudah kami sediakan :

http://bit.ly/BusayLevel1Tangerang-Tangsel

g. Setelah menyelesaikan 10 tugas, mohon tuliskan kembali link 10 tugas tersebut di koment thread yang dibuat koordinator bulanan di group fb

h. Bagi anda yang sudah menyelesaikan tantangan di level 1 ini dengan tepat waktu akan mendapatkan badge cantik bertuliskan

I'm responsible for my communication result

yang sudah disiapkan oleh para tim fasilitator bunda sayang.

Selamat berkreasi dalam membangun komunikasi


Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang 2017/


FAQ Tantangan 10 hari Komunikasi Produktif

❓Apakah tantangan 10 hari komprod ini harus dengan keluarga lengkap?

➡ Tidak ada ketentuan yg mengatakan harus lengkap

Full team
buat anda yg sdh berkeluarga dan berada di satu lokasi, silakan praktek dg keluarga anda full team

LDR
Buat anda yg LDR bisa  membuat forum via online

Single parent
Bisa buat forum keluarga dengan anak anda

Single
Bisa tulis perubahan komunikasi anda dari hari ke hari dg diri sendiri, dengan teman/partner kerja

❓Apakah harus dengan foto?

➡ di aturan tertulis boleh  disertai foto, artinya tidak harus. Yang utama adalah
1.  ini forum komunikasi ala keluargaku, mana forum komunikasi ala keluargamu? silakan tulis pengalaman membuat forum komunikasi kel anda *setiap hari*l

2. perubahan apa saja yg anda lakukan dalam berkomunikasi hari ini ?

❓Apakah harus per hari, bolehkah sekaligus posting 10 hari?

➡ ya harus ditulis per hari, krn kita akan belajar konsisten

⛔ Tidak boleh posting sekaligus 10 hari.

❓Apakah boleh ditulis  di blog per harinya?

➡ boleh, link tulisan di blog anda share via thread fb yg dibuat oleh petugas

❓Utk family forum ini bentuk dan bahasannya bebas kan?

➡ ya bebas


❓Cerita ttg family forum-nya harus aktual trjadi di hari pelaporan, atau bisa menceritakan ttg family forum yg dulu pernah dilakukan?

➡.  Tantangan ini adalah mempraktekkan ilmu, artinya harus "cerita hari ini" bukan "cerita dulu". Tidak harus selalu kesuksesan membuat forum atau berkomunikasi, boleh juga cerita kegagalan membuat forum dan berkomunikasi. Kalau cerita kegagalan di bagian akhir harus anda tulis, pelajaran yang anda dapatkan dari kegagalan tersebut.


Review Tantangan 10 Hari
Materi Bunda Sayang #1 :
Institut Ibu Profesional
 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Pertama, Kami ucapkan selamat kepada teman-teman yang telah melampaui tantangan 10 hari dalam berkomunikasi produktif, dinamika yang terpancar dalam tantangan 10 hari ini sungguh beragam. Mulai dari memperbincangkan hal teknis sampai dengan tantangan nyata komunikasi kita dengan diri sendiri, dengan pasangan dan dengan anak-anak. Mungkin beberapa diantara kita tidak menyadari pola komunikasi yang terjadi selama ini, tetapi setelah mengamati dan menuliskannya selama 10 hari berturut-turut dengan sadar, baru kita paham dimana titik permasalahan inti dari pola komunikasi keluarga kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Dari “TANTANGAN 10 HARI” sebenarnya kita bisa melihat pola komunikasi dengan diri kita sendiri, bagaimana kita memaknai satu kalimat di atas. Limit yang kita tentukan bersama di tantangan ini adalah 10 hari, maka kita bisa melihat masuk kategori tahap manakah diri kita :

a. Tahap Anomi : Apabila diri kita belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, belum mulai menulis tantangan 10 hari satupun, karena mungkin belum memahami makna dari sebuah konsistensi.

b.Tahap Heteronomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, tapi belum konsisten. Kadang menuliskannya, kadang juga tidak. Hal ini karena dipicu oleh pemahaman dan mendapatkan penguatan dari lingkungan terdekat yang membentuk opini dan persepsi sendiri.

c. Tahap Sosionomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, dan sudah mulai konsisten. Menjalankan tantangan tepat 10 hari. Hal ini karena dipicu sebuah kesadaran dan mendapat penguatan dari lingkungan terdekat.

d. Tahap Autonomi : Apabila diri kita terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten, tidak  hanya berhenti pada tantangan 10 hari, anda terus melanjutkannya meski tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang menilai. Berkomunikasi produktif sudah menjadi budaya dalam kehidupan anda.
“10 Hari” adalah Limit terendah kita, hal tersebut hanyalah sebuah tetapan untuk mempermudah tercapainya sebuah tujuan.

Maka komunikasi kita dengan diri sendiri harus bisa terus mengupgrade limit tersebut. Dari sekarang kita harus paham benar bahwa limit kita adalah unlimited. Tidak ada yang mampu membatasi kita kecuali diri kita sendiri. Dengan konsep tersebut maka tidak ada yang tidak mungkin. Tentukan limit anda setinggi mungkin untuk diraih dan selalu diperbarui. Kuncinya adalah komunikasi produktif dengan diri sendiri.

The greater danger of most of us is not that our aim is too high and we miss it, but it is too low and we reach it – Bahaya besar bukan karena kita mempunyai target tapi tak mampu mencapainya. Akan jauh lebih berbahaya jika kita mempunyai target yang terlalu rendah dan kita berhasil mencapainya – Michael Angelo.

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Dalam prakteknya ternyata ini menjadi bagian yang sangat seru yang dihadapi oleh teman-teman semua. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola komunikasi anda dengan pasangan
yaitu :

a. Faktor Eksteropsikis ( Ego sebagai Orangtua)

Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya..

contoh : Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP).

Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP).


b. Faktor Arkeopsikis ( Ego sebagai anak-anak)
Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif,masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebagainya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak

contoh : Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.


c. Faktor Neopsikis ( Ego sebagai orang dewasa)
Yaitu bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa..

contoh : Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber¬sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya, adalah ciri-ciri komunikasi orang dewasa.

Ketiga Ego tersebut dimiliki setiap orang, kita lihat dari caranya berkomunikasi, kalimat yang dipilih dan bahasa tubuh yang digunakan.

ANALISIS TRANSAKSIONAL KOMUNIKASI

a. TRANSAKSI KOMPLEMENTER
jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.

Contoh :
ketika suami meminta kita berbicara berdasarkan fakta, maka balas komunikasi tersebut dengan hal-hal yang logis.( ego dewasa)
suami : : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)
istri : “ayo kita  cari tahu bareng, terakhir ayah lepas arloji itu dimana? ( menggunakan e go dewasa)


b. TRANSAKSI SILANG
terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah¬pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.

Contoh :
ketika partner kita mengajak komunikasi berdasarkan  ego dewasa, kita menanggapinya dengan ego anak-anak.

Suami : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)

Istri : “Mana kutahu, aku udah capek seharian ngurus anak-anak,  masih diminta ngurus arloji” ( menggunakan ego anak-anak )

pasti akan menyulut respon emosi.

c. TRANSAKSI TERSEMBUNYI
jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar¬pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter¬sembunyi.

Contoh:
Seorang ibu masuk ke dalam sebuah toko untuk membeli sebuah lemari es. Sang penjual memperlihatkan beberapa merk, dengan menyebutkan harganya. Sang ibu melihat lemari es yang tinggi dan bertanya: “Berapa harga yang tinggi itu?” (ungkapan dari ego state dewasa dan mengharapkan respon dari ego state dewasa juga).

Penjual itu kemudian menanggapi: “Yang itu terlalu mahal bagi Ibu.” Tanggapan ini memang terlihat sebagai transaksi antara ego state dewasa dan dewasa, tetapi ada unsur tersembunyi di dalamnya yang tidak jadi terumuskan, yaitu: “Ibu tidak mempunyai cukup uang untuk membeli yang mahal itu”. Kemudian sang ibu merasa tersinggung, dan memang begitulah maksud penjual itu, menyinggung perasaan sang ibu dengan mengatakan bahwa ibu itu tidak mampu membeli lemari es yang mahal.

Menanggapi pernyataan itu, untuk membuktikan bahwa dirinya mampu membeli barang mahal itu, sang ibu lalu berkata: “Yang tinggi itu mau saya beli!”.

BERKOMUNIKASI SESUAI BAHASA CINTA ANAK

Menurut Gary Champan & Ross Campbell, MD, dalam buku mereka yang bertajuk The Five Love Languages of Children, terdapat 5 cara anak dan manusia memahami dan mengekspresikan cinta, yakni;

1. Sentuhan Fisik,

2. Kata-kata Mendukung,

3. Waktu Bersama,

4. Pemberian Hadiah,

 5. Pelayanan.


Umumnya setiap anak bisa menerima cinta melalui 5 bahasa di atas, namun ada satu bahasa yang paling dominan pada masing-masing anak. Berikut adalah tips dalam berkomunikasi dengan si kecil sesuai bahasa cintanya.

1. Apabila bahasa cinta anak kita adalah Sentuhan Fisik
* Saat bertemu dan berpisah dengan si kecil, berilah pelukan.
* Saat si kecil stres, beri belaian untuk menenangkannya.
* Peluk dan cium si kecil saat ia tidur malam dan bangun pagi.
* Setelah mengajar disiplin pada si kecil, beri pelukan sejenak dan jelaskan bahwa pengajaran yang diberikan adalah untuk kebaikannya dan Anda tetap sayang padanya.
* Saat memilih hadiah untuknya, beri benda yang dapat ia pegang/peluk, seperti bantal, boneka, atau selimut.
* Saat menghabiskan waktu bersama si kecil, seperti menonton televisi bersama, duduklah berdekatan dengannya, sambil berpelukan.
* Sering-seringlah bertanya padanya apakah ia mau digandeng atau dipeluk.
* Apabila ia terluka, pegang dan peluk mereka untuk memberi kenyamanan.

2.Apabila bahasa cintanya adalah Kata-kata Mendukung
* Saat menyiapkan bekal untuknya, masukkan kertas kecil berisi kata-kata mendukung.
* Saat ia berhasil mencapai prestasi, tunjukkan rasa bangga Anda dengan memberi kata-kata membangun, seperti “Mama bangga dengan adik bermain adil di permainan tadi,” atau “Kakak baik sekali membantu adik membangun rumah-rumahan itu.”
* Simpan hasil karya si kecil, seperti lukisan atau tulisan, dan pajang dengan tambahan tempelan kertas mengapa Anda bangga dengan karyanya itu.
* Biasakan mengucap kata, “Mama sayang kamu,” tiap berpisah dengan si kecil atau menidurkannya di malam hari.
* Saat si kecil bersedih, bangun kepercayaan dirinya dengan mengucapkan alasan-alasan yang membuat Anda bangga padanya.


3. Apabila bahasa cintanya adalah Waktu Bersama
* Coba libatkan anak dalam aktivitas-aktivitas Anda, seperti belanja ke supermarket, memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
* Saat si kecil ingin bercerita, hentikan sejenak aktivitas Anda untuk benar-benar menatap dan mendengarnya.
* Ajak si kecil memasak bersama, seperti membuat kue atau camilan lainnya.
* Tanyakan kepada si kecil mengenai tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, dan jika ada kesempatan, beri kejutan dengan mengajak mereka ke tempat-tempat tersebut.
* Biasakan untuk memintanya menceritakan hari yang ia lalui di sekolah atau aktivitas lain yang telah ia lakukan.
* Saat mengajak si kecil bermain, bermainlah bersamanya ketimbang hanya menonton.
* Jika Anda memiliki lebih dari 1 anak, tetapkan jadwal bermain dengan masing-masing anak secara individu, tanpa melibatkan yang lain.


4. Apabila bahasa cintanya adalah Pemberian Hadiah
* Kumpulkan hadiah-hadiah kecil (tak perlu mahal) untuk diberikan kepada si kecil di saat-saat yang pas.
* Bawa permen atau camilan kecil lain yang dapat Anda berikan pada si kecil saat sedang bepergian.
* Beri makanan kesukaan si kecil, Anda bisa memasaknya sendiri atau mengajak si kecil ke restoran kesukaannya.
* Buah sebuah “kantong hadiah” berisi hadiah-hadiah (tak perlu mahal) yang dapat dipilih si kecil saat ia melakukan prestasi.
* Saat menyiapkan bekal untuknya, selipkan hadiah kecil untuknya.
* Buatkan semacam permainan teka-teki untuknya mencari hadiah dari Anda.
* Daripada membeli hadiah ulang tahun yang mahal, buatkan pesta ulang tahun meriah di tempat yang ia sukai.


5. Apabila bahas cintanya adalah Pelayanan
* Temani ia saat mengerjakan pekerjaan rumahnya.
* Saat ia sedih atau menghadapi kesulitan, buatkan makanan kesukaannya.
* Daripada menyuruhnya tidur, gendong atau gandeng mereka ke tempat tidur.
* Saat sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, bantu mereka memilih pakaian untuk hari itu.
* Mulai ajarkan si kecil mengasihi orang lain dengan memberi contoh membantu orang lain atau memberi sumbangan kepada orang yang kurang mampu.
* Saat si kecil sakit, angkat semangatnya dengan menonton film, membaca buku, atau masak sup yang ia sukai.
* Saat menyiapkan sarapan, makan siang, atau makan malam, selipkan makanan penutup atau camilan kesukaan mereka.

Cara mengamati bahasa cinta anak :

1.  Amati cara si Kecil mengekspresikan cintanya pada Mama
Apabila si Kecil seringkali mengucapkan “Aku sayang Mama” atau “Terima kasih Mama atas makan malam yang enak”, Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin adalah “Kata-kata Mendukung”.

2. Amati cara si Kecil mengekspresikan cinta kepada orang lain
Apabila si Kecil seringkali ingin memberikan hadiah kepada teman atau gurunya, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Pemberian Hadiah”.

3. Pelajari apa yang seringkali diminta oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering meminta Mama untuk menemaninya bermain atau membacakan cerita untuknya, maka Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin “Waktu Bersama”. Sedangkan kalau si Kecil sering meminta pendapat Mama mengenai apapun yang sedang dilakukannya, seperti “Mama suka ga sama gambarku?” atau “Bajuku bagus ga Ma?”, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Kata-kata Mendukung”.

4. Pelajari apa yang seringkali dikeluhkan oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering mengeluh mengenai kesibukan Mama atau Papa diluar rumah, seperti “Papa kok kerja terus yah” atau “Mama kok ga pernah mengajakku ke taman lagi,” maka mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Waktu Bersama”.

5. Beri 2 pilihan kepada si Kecil
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Mama bisa menanyakan apa yang diinginkan si Kecil, untuk menemukan Bahasa Cinta yang dominan padanya. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pilihan antara 2 Bahasa Cinta. Contohnya, saat Mama ada waktu luang, dapat memberi pilihan kepada si Kecil seperti “Sore ini adik mau Mama temani jalan-jalan atau mau Mama betulkan rok adik yang rusak?”, dengan memberi pilihan ini maka Mama memberikan pilihan antara Bahasa Cinta “Waktu Bersama” atau “Pelayanan”.


Sumber bacaan:

Gary Chapman & Ross campbell M.D, The 5 Love language of children, jakarta, 2014

Eric Berne, Games people Play, jakarta

Eric Berne, Transaksional Analysis, jakarta.

Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1: Komunikasi Produktif

Institut Ibu ProfesionalMateri Kelas Bunda Sayang sesi #1


KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda

Kata  masalah gantilah dengan tantangan

Kata Susah gantilah dengan Menarik

Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.


Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.


KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


 Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.


FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.


Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.


Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA


 Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.


Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.


Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:


1. Kaidah 2C: Clear and Clarify

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. Choose the Right Time

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. Kaidah 7-38-55

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. Intensity of Eye Contact

Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. Kaidah: I'm responsible for my communication results

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.


Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.


KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.

Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. Keep Information Short & Simple (KISS)

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. Fokus pada solusi bukan pada masalah

⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.


g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi

⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati

⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. Ganti perintah dengan pilihan

⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000

Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015


Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014


Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari

Kuliah Bunda Sayang  sesi #1 Komunikasi Produktif

Reminder selama mengerjakan tantangan 10 hari

https://youtu.be/qr9j0Xz9oUU




Cemilan Rabu #1
12  Gaya Populer, Penghambat Komunikasi Kita


📆  Hari baru, Semangat Baru

Satu minggu sudah kita memperdalam materi "Komunikasi Produktif". Dan teman-teman saat ini sedang melatih kekonsistenan diri dalam menjaga komunikasi dengan diri kita sendiri, dengan partner atau rekan kerja  dan dengan anak-anak kita. Banyak tantangan ya pasti, tapi seru. Di pekan pertama ini, kami ingin berbagi tentang 12 gaya populer, yang menghambat komunikasi kita.

Mungkin sebagian besar dari kita sudah sering mendengar tentang 12 gaya populer (parenthogenic).  Tanpa kita sadari, secara turun temurun 12 gaya komunikasi ini sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Ketika anak sedang atau tidak bermasalah pun, jika kita sering meresponnya dengan menggunakan 12 gaya populer ini, anak akan merasa tidak percaya dengan emosi atau perasaannya sendiri.

Padahal sangat penting bagi anak untuk belajar percaya dengan perasaannya dan dirinya, hal tersebut akan mendukung perkembangan emosinya dan mendorong anak tumbuh menjadi percaya diri.

Jika perkembangan emosi anak baik, ia juga akan memiliki kontrol diri yang baik ketika menghadapi suatu masalah, bahkan ia akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Berikut adalah  contoh-contoh 12 gaya populer:

1⃣Memerintah,
contoh: “Mama tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”

2⃣Menyalahkan,
contoh: Ketika anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar”

3⃣Meremehkan,
contoh: “Masak pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?”

4⃣Membandingkan,
contoh: “Kok kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau”

5⃣Memberi cap,
contoh:”Dasar anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!”

6⃣Mengancam,
 contoh: “Kalau kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”

7⃣Menasehati,
contoh: “Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak kumannya…”

8⃣Membohongi,
contoh: “Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”

9⃣Menghibur,
contoh: Ketika adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya, bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak dari yang dimakan kakak tadi”

🔟Mengeritik,
contoh: “Lihat tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar dong!”

1⃣1⃣Menyindir,
contoh: “Hmmm… Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi”

1⃣2⃣Menganalisa,
contoh: “Kalau begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat lain…”

Aha! makin banyak yang harus kita perbaiki ya, ayo lanjutkan tantangan 10 hari teman-teman, dengan kualitas komunikasi yang semakin bagus.


Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber bacaan:

Elly Risman, Penghambat Komunikasi Dalam Keluarga, artikel, 2014

Tim Fasilitator Bunda sayang IIP, Hasil Tantangan 10 hari, komunikasi produktif, 2017


Contoh dari tim fasil
Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

☕🍪 cemilan rabu #2 🍪☕
BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP HASIL KOMUNIKASI KITA


Bulan ini bagi teman-teman yang sudah bisa menyelesaikan tantangan 10 hari, akan mendapatkan badge yang bertuliskan

I'm responsible for my communication result

Artinya apabila hasil komunikasi kita dengan pasangan hidup, dengan anak-anak, dengan teman-teman di komunitas, rekan kerja dan masyarakat sekitar kita, tidak sesuai harapan, maka jangan salahkan penerima pesan, kitalah yang bertanggung jawab untuk mengubah strategi komunikasi kita.

Contoh kasus saya pernah jengkel dengan assisten rumah tangga saya yang biasa dipanggil budhe. Berkali-kali diberitahu cara setrika yang benar, tapi hasilnya selalu salah.

Kondisi seperti ini biasanya akan menyulut emosi kita ke penerima pesan.

Maka saya harus segera mencari orang ketiga untuk cari solusi lain.

Saya ceritakan kondisi ini ke pak dodik, beliau hanya menjawab simple

"Kalau sekali saja diberitahu langsung paham, maka budhe itu sudah pasti jadi manager sebuah bank, bukan kerja di rumah ini"

(😀 beginilah salah satu gaya komunikasi pak dodik)

Hmmm....sayalah yang harus mengubah strategi komunikasi saya, artinya gaya komunikasi saya tidak tepat saat itu, bukan salah budhe.

Akhirnya ketemulah pola, kalau berkomunikasi dengan budhe harus diberi contoh, tidak hanya diberitahu lewat omongan saja.

Ini baru satu contoh komunikasi kita dengan assisten rumah tangga, belum lagi kasus komunikasi kita dengan ibu kita atau dengan ibu mertua kita, pasti makin kompleks. Dan yakinlah semua itu membuat kita makin terampil berkomunikasi, selama kita tidak menyalahkan hasil komunikasi kepada orang yang kita ajak bicara.

There is NO failure, only WRONG RESULT, so we have to CHANGE our strategy

Tidak ada kegagalan berkomunikasi itu yang ada hanya hasil yang berbeda, tidak sesuai harapan, untuk itu segera ubah strategy komunikasi anda.

Ingat satu hal ini, pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya didengar, diterima, dimengerti dan dihargai.

Jadi dalam komunikasi, kita perlu meningkatkan kemampuan kita dalam mencoba memahami perasaan orang lain, apakah itu teman, pasangan hidup, rekan kerja, atasan, anak atau siapapun juga yang menjadi lawan bicara kita.

Untuk anak-anak, seringkali mereka belum mampu untuk mengatakan apa yang mereka rasakan, bisa jadi karena perbendaharaan kata mereka yang belum banyak.

Maka mereka akan menggunakan bahasa tubuh bahkan jauh ketika mereka belum pandai berbicara.

Sebagai orang tua maka kita harus meningkatkan kepekaan kita dalam menangkap makna dibalik bahasa tubuh dan perasaan apa yang mendasari sehingga kita bisa memahami perasaan yang ingin disampaikan si anak.

Rasa kurang percaya diri biasanya muncul karena kita “menidakkan perasaan” sehingga lawan bicara menjadi bingung, kesal, tidak mengenali perasaannya sendiri akhirnya tidak percaya pada perasaannya sendiri.

Jadi ingat dialog saya dan ibu waktu kecil

Saya : “Ibu, aku benci sama pak Guru. Tadi aku dimarahi di depan kelas”

Ibu : “Pasti kamu melakukan kesalahan makanya pak Guru marah sama kamu. Tidak mungkin kan pak Guru tiba-tiba marah”

Kalimat itu membuat saya jengkel sekali karena ibu seakan-akan justru membela pak guru dan otomatis menyalahkan saya.

Padahal saya hanya ingin di dengarkan. Sehingga kalimat

"Mbak jengkel banget ya sama pak guru, sini duduk sebelah ibu, minum teh hangat, dan mbak lanjutkan ceritanya"

Selamat melanjutkan tantangan komunikasi anda, jangan pernah menyerah walau kadang anda merasa lelah.

Salam Ibu Profesional,

/Septi Peni/

Sumber bacaan :

Pengalaman pribadi dalam menghadapi tantangan komunikasi sehari-hari

My Two-Second-Badge

Masya Allah... Alhamdulillah.. sungguh hanya Allah yang Maha Pemberi Kemudahan dalam segala hal yang saya lakukan. Kalau melihat kemampuan dan keadaan saya saat ini, hhhh, rasanya sangat sangat sangat sulit untuk menyadarkan betapa semua materi dan tantangan dari perkuliahan IIP ini bisa saya jalani. Pertama, manajemen waktu saya masih sangat parah; kedua, keterbatasan gadget untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas-tugas IIP dengan sesegera mungkin; ketiga, pemberlakukan teori Tegas, Tega, Sabar, dan Konsisten (TTSK) yang masih belum tuned in banget ke saya dan anak-anak. Tapi Alhmadulillah, tugas tantangan pada Level 2 ini akhirnya bisa saya lewati dan taraaaa... inilah apresiasi yang diberikan oleh IIP kepada saya, Badge Yes, I Can!! 


Pada dasarnya, manusia itu suka kalau diberikan apresiasi atas apa yang sudah dilakukannya. Dan bukan hal yang tidak mungkin kalau apresiasi itu bisa menambah semangatnya untuk melakukan yang lebih baik lagi. Itulah perasaan yang saya rasakan saat ini. Setiap kali selesai tantangan di IIP dan saya mendapatkan Badge, ada suatu rasa bangga dan senang sekali. Padahal mah kalau dipikir, apresiasinya bukan yang muluk-muluk, tapi ketika selesai mengerjakan tantangan tepat waktu, dan saya yakin tepat waktu, itu ada perasaan yang menunggu-nunggu untuk dikirimin badge oleh fasilitator. Hehehe. 

Dan ini badge kedua saya dalam tantangan #MelatihKemandirian. Sebenarnya yang saya harapkan adalah badge yang satunya lagi, yaitu badge yang didapatkan kalau melaporkan dan mengumpulkan tantangan secara berturut-turut selama 10 hari. Tapi sayang, karena keterbatasan kemampuan gadget saya, makanya badge itu tidak bisa saya raih. Semoga di tantangan berikutnya, saya bisa lebih memaksimalkan dan mengoptimalkan kemampuan diri saya untuk bisa meraih badge yang terbaik. 
Dalam mengerjakan tantangan IIP di Level2 ini, banyaaaaak sekali perasaan dan kesadaran yang saya dapatkan. Dari awalnya saya merasa sangat tertantang di permulaan tantangan, sampai merasa hopeless karena hal yang dilakukan anak-anak tidak sesuai target, sampai akhirnya merasa ok, i can do it di akhir tantangan, yaitu ketika keyakinan saya kembali mengingatkan saya: kamu adalah bunda untuk anak-anakmu, Allah tidak salah menempatkanmu sebagai bunda mereka, pun mereka sebagai anak-anakmu, kamu pasti bisa, BISMILLAH.

Dan yup, akhirnya di sinilah saya, dengan kesadaran yang bertambah bahwa pencatatan setiap detil pertumbuhan dan perkembangan itu sangatlah penting. Walaupun tidak ada ajang perlombaan pengumpulan portofolio anak tingkat dunia; tapi semua catatan pertumbuhan dan perkembangan anak, yang nantinya bisa dimasukkan ke dalam portofolio mereka, akan menjadi catatan bersejarah bagi anak-anak saya. Hal yang saya harapkan adalah, kelak ketika mereka dewasa nanti dan mereka menjadi orang yang mendunia dalam bidang akhirat, maka catatan-catatan kecil saya yang akan menjadi pengingat mereka, bahwa ada Allah yang Maha Mencatat setiap yang mereka lakukan. Ibaratnya, kalau saya, yang manusia biasa saja bisa mencatat satu per satu perkembangan mereka; apalagi Allah yang Maha Segalanya, pasti sangat tepat dan sangaaat teliti lagi pencatatan-Nya. Amiin.


Tangerang, 16 Maret 2017
Diiringi oleh adzan subuh.


Friday, 10 March 2017

Latihan Kemandirian (10)

Fiiiiuuuhhh... akhirnya sampai juga di tulisan ke-10 tentang Latihan Kemandirian pada Game Level 2 dari kuliah Bunda Sayang IIP. Tulisan ke-10 ini bukan berarti akhir dari tulisan-tulisan saya selanjutnya tentang latihan kemandirian. Karena saya sangat sadaaaar sekali bahwa masih banyak kekurangan saya dalam hal melatih kemandirian anak-anak. Dengan adanya 'tugas' dari IIP untuk menuliskan tentang praktek latihan kemandirian pada anak-anak, juga diri saya sendiri sebetulnya, menjadikan saya lebih aware dalam hal mendokumentasikan pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan anak-anak. Hanya saja, saya menyadari bahwa dalam 10 tulisan saya dari kemarin hingga sekarang, masih sangat banyak kekurangan dan tambal sulam. Terlebih lagi, tentang target dan praktik kemandirian itu sendiri.

Oke, jadi di tulisan ke-10 ini, saya tidak akan melaporkan tentang praktek latihan kemandirian anak-anak seperti yang sudah saya tulis sebelumnya. Tapi kali ini, justru saya akan melaporkan bagaimana hasil observasi, kelebihan, dan kekurangan dalam praktek latihan kemandirian tersebut.

Menurut hasil pengamatan saya, berdasarkan target kemandirian yang sudah saya tentukan di tulisan ke-1, maka saya melaporkan bahwa:
1. Latihan kemandirian untuk Javas tidur sendiri di kamarnya, sudah bisa dikatakan lulus. Karena sudah tidak ada kendala lagi dalam memintanya untuk pindah tidur ke kamarnya. Karena kalau biasanya dia selalu tidak mau, sekarang dia selalu mau. Walaupun memang, masih harus ditemani dulu awalnya, nanti kalau sudah lelap, baru ditinggal. Saya rasa ini tidak masalah, karena ini bagian dari adaptasi. Hanya saja saya menemukan beberapa tantangan lanjutan untuk memantapkan latihan kemandirian ini, seperti: token listrik yang boros kalau semua AC harus nyala saat malam, token listrik yang tidak cukup untuk menyalakan dua AC semalaman, dan keadaan kamar Javas yang masih sering jadi tempat nyamuk bersembunyi. Di samping itu, ada juga tantangan lain yang secara tidak langsung berkaitan dengan latihan kemandirian ini, seperti: waktu tidur malam dan bangun pagi yang belum konsisten dan waktu penggunaan AC yang belum terjadwal.

2. Latihan kemandirian untuk Hizli membuka dan menutup botol, sepertinya sudah menunjukkan hasil yang baik. Hizli sudah bisa membuka botol minumnya, tapi terkadang masih sering lupa menutup dengan rapat, sehingga sering tumpah. Untuk botol-botol yang terlalu rapat menutupnya, Hizli masih membutuhkan bantuan orang lain untuk membukanya. Lalu untuk latihan toilet training, Hizli belum berhasil melakukannya; dan kesimpulannya, untuk latihan TT ini masih harus di-pending selama sebulan dan diisi dengan hypnotherapy selama sebulan tersebut. Kalau dalam hal latihan TT ini, saya menyadari bahwa ada peran saya juga yang menyebabkan Hizli belum berhasil. Misalnya, saya belum konsisten men-sounding Hizli untuk BAK dan BAB di kamar mandi, saya masih suka lupa jadwal Hizli BAK, dan kadang kalau fisik saya sedang lelah, saya lebih memilih memakaikan pospak kepada Hizli. Semoga untuk selanjutnya, semua kekurangan ini bisa saya perbaiki dan tercatat dengan runut dalam catatan latihan kemandirian anak-anak saya.

Akhirnya, dari hasil latihan dan laporan selama 10X ini, saya bisa memetik banyak pelajaran untuk diri saya sendiri, yaitu:
1. Saya harus lebih konsisten dalam melaksanakan praktek sesuai dengan target.
2. Saya harus bisa mengkomunikasikan target-target pencapaian itu dengan suami; supaya kami bisa mencapainya bersama.
3. Saya harus lebih tegas dan tega ke anak-anak dalam hal praktek kemandirian; selama ke-tegasan dan ke-tega-an itu sesuai dengan tumbuh kembangnya.

Saya berharap, laporan-laporan ini bisa terus saya lanjutkan dan saya rapikan lagi; sehingga nantinya bisa saya gunakan sebagai portofolio perkembangan anak-anak saya.


Tangerang, Sabtu Pagi, 11 Maret 2017

#Level2
#LatihanKemandirian
#KuliahBunSayIIP

Wednesday, 8 March 2017

Latihan Kemandirian (9)

Wow, amazing sekali dengan hari ini. Saya bisa melatih dua kemandirian yang sama untuk kedua anak saya. Untuk Javas, latihan kemandirian yang ingin saya latih adalah belajar berwudhu; sedangkan untuk Hizli adalah belajar makan sendiri. Khusus untuk Hizli, karena saya tidak mau terlalu memaksanya, mengingat usia nya juga masih dua tahun; jadi ketika saya menyiapkan latihan kemandirian A, misalnya, dan dia menunjukkan bahwa dia siapnya untuk kemandirian B, ya maka kemandirian B lah yang akan saya latihkan padanya.

Seperti hari ini, berdasar target yang sudah saya tulis sebelumnya, seharusnya Hizli masih berlatih TT. Namun, karena saya sudah memutuskan untuk men-skip dulu latihan tersebut sampai sebulan ke depan, maka harusnya pindah ke target berikutnya yaitu merapikan/mengembalikan mainan sendiri ke tempatnya; tetapi karena Hizli menunjukkan bahwa dirinya siap untuk berlatih makan sendiri, maka jadilah keterampilan itu yang saya latihkan kepada Hizli.

Alhasil, hari ini Javas berlatih wudhu dan Hizli berlatih makan sendiri. Alhamdulillah Javas sudah hapal urutan wudhu, karena memang sebelumnya sudah pernah saya perkenalkan. Hanya saja, dia masih sering mendahulukan bagian kiri terlebih dahulu daripada bagian kanan. Mungkin ini karena Javas tipikal left-handed person, dia lebih banyak beraktifitas dengan tangan kiri seperti menulis, membawa barang, memegang sesuatu, dll. Sampai-sampai hal itu terbawa ke wudhu; bahkan ketika makan pun, walau sudah terbiasa dengan tangan kanan, terkadang masih suka melakukannya dengan tangan kiri. Berarti yang masih menjadi PR saya adalah: menguatkan lagi hal-hal syariat mana yang harus dilakukan dengan tangan kanan/bagian kanan dulu; dan hal-hal mana yang boleh dilakukan dengan tangan kiri/bagian kiri.

Hizli, alhamdulillah, menunjukkan kemauannya untuk bisa makan sendiri. Hal ini terlihat ketika saat waktu sarapan, saya memberikan sarapan kepada si abang dan Hizli pun memintanya untuk memegang sendiri wadah sarapan tersebut. Dari cara Hizli memegang mangkuk dan membawanya ke kursi, saya perhatikan bahwa sudah tidak ada masalah. Cara memegangnya sudah cukup kokoh dan ketika membawanya pun, dia sudah berhati-hati dan berusaha agak mangkuk tidak miring. Lalu ketika mulai makan, Hizli sudah otomatis menggunakan tangan kanan, karena mungkin dia bukan left-handed seperti abangnya. Tapi beberapa hal yang saya perhatikan masih menjadi PR buat saya adalah: posisi Hizli memegang sendok masih terlalu dekat dengan kepala sendok dan gerakan tangannya ketika munyuap masih belum fokus. Untuk hal ini, seiring berjalannya waktu dan banyaknya berlatih, saya yakin Hizli akan memperbaiki dirinya sendiri.


#LatePost

Tangerang, 7 Maret 2017

#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Latihan Kemandirian (8)

Pada hari ini, Minggu tanggal 5 Maret 2017, seharusnya menjadi hari ke-11 dalam agenda latihan kemandirian anak-anak kami. Seharusnya pula, latihan kemandirian itu disesuaikan dengan target kemandirian yang sudah saya tuliskan sebelumnya. Namun, karena ada beberapa kendala, khususnya untuk latihan kemandirian Hizli, maka target kemandirian yang sudah saya sampaikan sebelumnya perlu ada revisi lagi. Khususnya bagi kami, sepertinya kami perlu memantapkan rumus TTSK kami lagi: ke-Tegasan, ke-Tegaan, ke-Sabaran, dan ke-Konsistensi-an.

Oke, pada tulisan kali ini, saya tidak akan membicarakan target kemandirian yang sebelumnya sudah saya tulis. Justru saya akan membicarakan 'target kemandirian' dadakan yang saya targetkan dadakan pula pada kedua anak saya.

Jadi, hari ini saya harus menghadiri kelas rutin parenting dan fiqh di Madrasattun Nissa. Seperti biasa, setiap saya harus pergi belajar, kemungkinannya ada dua: pertama memberikan kesempatan pada anak-anak saya untuk ber-father's day; atau kedua menitipkan kedua anak saya di rumah orang tua saya. Khusus hari ini, pilihannya adalah gabungan dari kedua. Anak pertama saya ber-father's day dengan suami saya, sekaligus ada playdate dengan teman-teman homeschoolingnya; dan anak kedua saya dititipkan di rumah orang tua saya.

Alhamdulillah kedua anak saya berhasil menjalani keduanya dengan baik. Untuk Javas, suami saya cerita bahwa dia bisa bersosialisasi dengan baik dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Javas mau menyapa dan bermain bersama dengan anak-anak sebayanya. Pun tidak ada masalah ketika berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua dengannya. Javas pun aktif sekali mengikuti kegiatan yang diadakan di playdate tersebut dan mau mengikuti runtutan acara yang berlaku. Tentu hal ini membuat kami merasa senang, sebagai orang tuanya. Karena hal ini membuktikan bahwa tidak ada masalah pada anak kami dalam hal bersosialisasi dan berkomunikasi; meskipun sehari-hari, setiap senin sampai jumat, anak-anak kami 'bersekolah' di rumah dan tidak main ke luar rumah tanpa pengawasan. Kalaupun main, mereka hanya main sekitar 30 menit dan itu tidak setiap hari.

Lanjut ke Hizli. Alhamdulillah, dia juga bisa diajak kerja sama. Ketika saya jelaskan bahwa saya harus menghadiri kelas belajar dan abangnya bersama ayah harus mengikuti playdate; berarti Hizli akan ditinggal sendiri di rumah jiddah, dia bisa menerima dengan baik tanpa rewel dan menangis. Sepulang saya ke rumah, kemudian saya tanya ke orang tua saya, apakah ada masalah ketika Hizli ditinggal sendirian, mereka jawab: Hizli baik-baik saja, bermain dan beraktifitas seperti biasa, tidak bertanya-tanya atau rewel kapan ayah, bunda, dan abangnya pulang. Saya senang sekali mendengarnya. Bagi saya, ini satu step kemajuan dalam latihan kemandirian Hizli.

#LatePost

Tangerang, Minggu 5 Maret 2017

#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Monday, 6 March 2017

Latihan Kemandirian (7)

Hari ini, Jumat, tanggal 3 Maret 2017, memasuki hari kesembilan latihan kemandirian bagi Javas dan Hizli. Untuk Javas, sudah tidak ada masalah lagi dalam hal melatih kemandiriannya untuk tidur sendiri. Karena sebenarnya setiap malam, dia sudah meminta untuk tidur di kamarnya sendiri. Hanya saja dalam dua malam ini kami belum mengisi pulsa token listrik, sehingga tidak cukup kalau harus menyalakan dua AC selama dua malam berturut. Saya mengakui hal ini sebagai kesalahan saya dan bisa menjadi kendala dalam kontinuitas Javas untuk tidur sendiri di kamarnya. Bahkan mungkin, bisa terkesan kami tidak konsisten menjalankan target yang sudah kami tetapkan.

Atas kendala yang saya temui dalam melatih Javas untuk tidur sendiri, dimana kendala itu datangnya dari kami, orang tua; maka sebagai pembelajaran selanjutnya bagi kami adalah: selain melatih tidur malam sendiri di kamarnya, kami juga harus mengatur jadwal pemakaian AC di dalam rumah. Kapan AC harus dinyalakan pada malam hari ketika akan tidur, kapan AC akan dimatikan ketika paginya, dan kapan AC akan dinyalakan ketika aktivitas siang hari dan berapa lama durasinya. Oke, ini akan menjadi target selanjtunya bagi keluarga kami.

Lanjut dengan latihan kemandirian Hizli untuk pipis sendiri di kamar mandi. Hari ini terjadi kejadian yang tidak akan pernah saya lupa. Apakah itu?? Yaitu, Hizli pup di celanaaaa dan pup nya berceceran ke seluruh celana. Huhuhuhuuuuu... Saat itu rasanya semua emosi menjadi satu dalam diri saya, antara mau nangis, kesel, capek, hhh, semuanyalah. Alhamdulillah nya saya masih bisa mengontrol emosi dan tidak perlu marah-marah ke Hizli, karena percuma juga marah-marah, sudah kejadian, kok.

Itu adalah pertama kalinya Hizli pup di celana. Iya, karena dalam latihan-latihan sebelumnya, saya hanya melatih Hizli ketika pagi dan siang; lalu kalau sore, setelah mandi sore, kembali saya pakaikan pampers supaya tidur Hizli nyenyak, begitupun dengan saya dan suami. Terus terang, saya pun belum siap kalau harus melepas total pampers Hizli. Jadi kalau pun BAB, biasanya Hizli BAB ketika malam atau pagi sesaat setelah bangun tidur.

Karena pengalaman itu, akhirnya saya berunding sama suami. Mungkin Hizli belum siap untuk toilet training, bisa jadi kami juga; atau karena kami belum siap, makanya Hizli pun demikian?? Entahlah. Akhirnya saya dan suami bersepakat, untuk sebulan ke depan, kami akan mulai melatih TT-nya dengan hypnotherapy. Inspirasi ini saya dapatkan dari teman saya yang pernah melatih anaknya seusia Hizli untuk TT. Karena dirasa anaknya belum siap, jadilah teman saya memulai dengan meng-hypno anaknya sebelum tidur malam selama sebulan. Kalimat yang diucapkannya adalah: kalau mau pipis dan pup, ke kamar mandi, ya. Begitu terus kalimat itu diulang-ulang menjelang si anak tidur; dan hasilnya setelah satu bulan, si anak berkeinginan sendiri untuk pipis ke kamar mandi. Semoga ini berhasil di Hizli.



#LatePost
Tangerang, 3 Maret 2017

#Level2
#MelatihKemandirian
#BunSayIIP

Sunday, 5 March 2017

Latihan Kemandirian (6)

Hari ini saya merekam jejak latihan kemandirian Hizli sebagai hari ke-6. Beberapa hari lalu sangat cukup untuk membuat saya belajar bahwa: saya belum tahu secara jelas waktu kapan saja Hizli mau BAK, saya belum tahu jeda waktu antara BAK yang satu dan selanjutnya. Mungkin itu semua karena selama beberapa hari kemarin saya masih memakaikannya pampers dan belum PD untuk melepasnya. Maka dari itu, seharian ini saya mulai melepaskan pampers Hizli.

Setelah seharian berjibaku dengan latihan kemandirian Hizli untuk BAK sendiri di toilet, akhirnya saya mengetahui bahwa dia harus pipis per 1 jam 15 menit. Jadilah setiap jeda waktu segitu, saya langsung membawa Hizli ke kamar mandi. Beberapa kali berhasil, tapi beberapa kali juga tidak berhasil.

Selanjutnya Javas, si abang. Alhamdulillah kegiatan tidur sendiri di kamar sudah tidak ada masalah lagi. Javas dengan suka rela mau tidur di kamarnya; tapi memang, awalnya masih harus ditemani dulu sebentar, setelah lelap baru ditinggal. Untuk latihan kemandirian tidur sendiri ini, saya rasa sudah tidak ada kendala. PR saya selanjutnya mungkin adalah menetapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang konsisten untuk Javas. Misal kalau tidur jam 9 malam, maka setiap hari harus tidur jam segitu; begitupun dengan bangun pagi. Kalau mau banyun jam 7 pagi, maka setiap hari pun harus bangun jam sekian. Semoga Allah memberi saya dan suami kemudahan untuk melatihnya. Amiin.

#latepost
Tangerang, 2 Maret 2017

#Level2
#MelatihKemandirian
#KuliahBunsayIIP

Tugas Chukyuu 5

Komono Kitchen Hal yang dilakukan: 1.Mencuci piring dan peralatan masak setelah selesai masak 2.Mengelap cipratan minyak pada dinding da...