Monday, 14 August 2017

Aliran Rasa Math Around Us

Untuk urusan matematika, sebenarnya saya sangat tidak jago. Ah bukan hanya itu, saya pun tidak menyenangi matematika, kecuali kalau hitung-hitungan diskon barang di mall. Hehehe.

Tapi ketika mendapatkan tugas di tantangan kali ini, saya harus mentransformask ketidaksukaan saya itu menjadi suatu pembelajaran yang menyenangkan, untuk anak-anak saya, khususnya.

Alhamdulillah materi-materi yang disampaikan di tangangan kali ini, bisa saya pahami sedikit demi sedikit; sehingga bisa saya praktekkan kepada anak-anak. Saya berharap anak-anak saya bisa menyukai matematika dan bisa memberikan manfaat kepada ummat dari kesukaannya tersebut. Amin.

Saturday, 13 May 2017

Aliran Rasa

Pada game level 4 ini, saya menjadi ibu pengamat yang harus selalu siap mengobservasi setiap menit kegiatan anak-anak saya.

Bukan hanya itu, pada game ini pun, saya harus bisa berpikir kreatif agar ketika pengamatan gaya belajar, hal-hal yang ingin saya sampaikan bisa terlaksana.

Saturday, 6 May 2017

(Hari 10) Mengenal Lingkungan

Tadi pagi tetiba saja kedua anak saya bangun lebih pagi dari biasanya. Awalnya saya sempat bingung, apa yang harus dilakukan sepagi ini?? Kemudian suami menyarankan untuk berkeliling komplek dan menyapa tetangga sambil mengenal lebih dekat lingkungan sekitar rumah kami. Maklumlah, kami baru satu tahun tingga di sini.

Jadilah kami mengelilingi beberapa blok dari perumahan kami dan sampai ke lapangan bola yang memang sudah beberapa kali saya dan anak-anak kunjungi. 

Selama perjalanan, saya dan suami menjelaskan jalan-jalan yang kami lalui dan nama-namanya. Anak-anak melakukan gaya belajar audio dengan mendengarkan penjelasan kami; juga gaya belajar visual dengan memperhatikan hal-hal di sekitar mereka. Sedangkan gaya belajar kinestetiknya adalah perjalanan pergi dan pulang dari rumah dan kembali lagi ke rumah. Sangat menyenangkan! Ternyata gabungan semua hal itu membawa cerita yang tak kunjung usai diceritakan selama seharian oleh anak-anak. 

#Tantangan10Hari
#Hari10
#GameLevel4
#KuliahBunSayIIP

Friday, 5 May 2017

(Hari 9) Menjadi Pengamat

Hari ini Hizli benar-benar menjadi pengamat ulung. Dia memperhatikan semua tingkah Javas, abangnya, dan mencoba melakukan yang sama dengan si Abang.

Mulai dari bangun tidur, Javas mengambil susu di dapur, di lemari yang tinggi, Hizli ingin mengikuti, walaupun akhirnya ditolong oleh si Abang.

Kemudian saat sarapan, Hizli mau makan sendiri seperti Abangnya.

Saat baca buku pun, dia ingin baca sendiri seperti abangnya!!

Masya Allah. Sepertinya pengamatannya tersebut sangat mengasah gaya belajar visualnya.


#Tantangan10Hari
#Hari9
#GameLevel4
#KuliahBunSayIIP

Thursday, 4 May 2017

(Hari 8) Sayang Hewan

Hari ini saya menjelaskan tentang menyayangi hewan kepada anak-anak.

Pengamatan gaya visual-auditori dengan membacakan buku.
Pengamatan kinestetik dengan bermain ke halaman rumah dan menemui kucing yang suka mampir ke rumah.
Pengamatan gaya auditori dengan diceritakan kembali mengenai pengalaman bermain dengan kucing sebelum tidur malam.

#Tantangan10Hari
#Hari8
#GameLevel4
#KuliahBunSayIIP

Wednesday, 3 May 2017

(Hari 7) Aku Suka Sayur

Hari ini mengajak anak-anak untuk mengerti betapa pentingnya sayuran bagi tubuh. Sekalian saja tema tersebut saya jadikan untuk tema belajar.

Pengamatan gaya belajar secara auditori dengan cara saya jelaskan mengenai berbagai nama sayuran, warna, vitamin yang terkandung di dalamnya dan manfaat sayuran-sayuran tersebut untuk tubuh.

Pengamatan gaya belajar visual dengan cara membaca buku tentang sayur-sayuran.

Pengamatan gaya belajar kinestetik dengan cara memakan sayuran pada menu makan siang dan makan malam.


#Tantangan10Hari
#Hari7
#GameLevel4
#KuliahBunSayIIP

Tuesday, 2 May 2017

(Hari 6) Allah Maha Pemberi Rezeki

Hari ini kami membaca sebuah buku yang sangat menarik. Buku itu bercerita tentang ikan yang hidup di laut dalam. Meskipun ikan tersebut tinggal di kedalaman laut dan kegelapan di dalamnya, tetapi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang senantiasa menjaga dan menyiapkan rezeki untuknya. Cara Allah menyiapkan rezeki untuknya adalah dengan memberikan lampu pada sungutnya; kemudian lampu itu berguna untuk memancing ikan-ikan kecil untuk mendekatinya. Ketika ikan-ikan kecil sudah mendekat, maka ditangkaplah ikan-ikan kecil tersebut dan dimakannya.


#Tantangan10Hari
#Hari6
#GameLevel4
#KuliahBunsayIIP

Monday, 1 May 2017

(Hari 5) Air

Alhamdulillah hari ini adalah hari libur bagi suami saya. Sudah pasti waktu tersebut kami habiskan bersama di rumah, karena dua hari lalu saya dan suami sudah berpisah dengan anak-anak untuk mengikuti pelatihan parenting. Hari ini kami bermain air di halaman rumah dengan peralatan kolam renang karet, pistol air, selang, dan berbagai perangkat rumah dapur yang bisa digunakan untuk bereksplorasi dengan air.

Kami memang bermain dan kami bahagia dengan permainan kami. Namun kami tidak hanya bermain, karena kami pun belajar.

(Hari 4) Pegunungan

Hari ini anak-anak saya menghabiskan banyak waktu bersama Jiddah dan Engkongnya. Hal itu karena saya dan suami harus mengikuti pelatihan parenting seharian full; dua hari full sih, sebenarnya, dari kemarin. 

Orang tua saya mengajak anak-anak ke Sentul, kebetulan orang tua saya akan ada acara di sana. Sebelumnya memang beliau sudah bercerita kepada saya, maka dari itu saya pun sudah mempersiapkan kepada anak-anak kira-kira hal apa saja yang bisa dipelajari di sekitar Sentul. Terlintaslah pegunungan, karena Sentul berada di daerah dataran tinggi. 

Pengamatan gaya belajar audio-visual dengan tema pegunungan ini adalah: saya membacakan buku-buku tentang pegunungan kepada Javas dan Hizli. 

Pengamatan gaya belajar visual: Orang tua saya mengajak Javas dan Hizli untuk memperhatikan gunung-gunung yang terlihat di sepanjang perjalanan. 

Pengamatan gaya belajar kinestetik: Orang tua saya memberikan kesempatan kepada Javas dan Hizli untuk berlari-larian di bukit-bukit kecil di Sentul; sambil mereka merasakan sendiri udara dan kesejukan di daerah pegunungan. 


#Tantangan10Hari
#Hari4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP
#latepost

Thursday, 27 April 2017

(Hari 3) Adab Makan

Tema belajar kami pada hari ini adalah tentang adab makan. Sebenarnya ini bukan tema pertama kali yang saya sampaikan kepada anak-anak. Karena dalam aktifitas harian kami pun, terutama saat makan, saya selalu sounding ke anak-anak tentang tata cara makan di dalam Islam. Pun dengan makanan-makanan yang halal dan baik untuk dimakan menurut Islam.

Kalau biasanya penjelasan mengenai adab makan hanya saya sampaikan dengan gaya belajar audio kepada anak-anak, yaitu dengan penjelasan-penjelasan langsung dari saya. Ataupun juga dengan gaya audio-visual, yaitu dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan makanan. Kali ini saya mengajak anak-anak untuk mengunjungi lapangan bola di dekat rumah kami. Sambil saya juga membawa bekal makanan dan minuman untuk kami makan selama di lapangan.

Setelah sampai di lapangan, saya membebaskan anak-anak untuk berlari-lari atau pun berteriak sesuka mereka. Lapangan itu luas, hampir tidak ada batas yang mengganggu langkah mereka; juga hampir tidak ada orang di sekitar yang merasa terganggu dengan suara mereka. Ketika mereka sudah cukup kelelahan dengan banyak berlari dan berteriak, lalu saya memanggil mereka untuk duduk di pinggir lapangan. Kami membuka bekal makanan dan minuman kami. Lalu kami pun menyantap makanan kami.

Sejak awal makan, saya perhatikan anak-anak saya memegang makanan mereka dengan tangan kanan, pun mereka makan sambil duduk. Lalu saya tanya, "Abang, kalau adab makan yang dicontohkan Rasulullah, seperti apa, Nak?" Abang pun menjawab, "Ya beginilah, bunda. Makan pakai tangan kanan dan sambil duduk. Sebelum makan baca bismillah. Tadi aku sudah berdoa, bunda nggak denger, ya?" Saya hanya tersenyum mendengar penjelasan Javas.

Lalu saya tanyakan juga kepada Hizli, "Dek, kalau adek makan, pakai tangan kiri atau tangan kanan?" Dan Hizli menjawab, "Pakai tangan kanan, bunda. Ini tangan kanan adek pegang makanan." Jawab Hizli sambil menunjukkan tangan kanannya yang memegang makanan.

Alhamdulillah. Mereka bisa mengingat dengan baik hal-hal yang selama ini saya sampaikan. Semoga Allah membuat mereka terbiasa mengikuti perilaku-perilaku Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam.


#Tantangan10Hari
#Hari3
#GameLevel4
#GayaBelajarAnak
#BundaSayangIIP

Tuesday, 25 April 2017

(Hari 2) Geografi dan Peta

Hari ini, saya dan anak-anak belajar tentang Geografi dan Peta. Sebenarnya ini adalah judul salah satu buku koleksi kami. Di dalam buku tersebut mencakup materi yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak. Saya ingin mengenalkan anak-anak dengan berbagai bentuk daratan dan perairan; mulai dari pulau, danau, tanjung, semenanjung, pantai, dan lain-lain.

Kegiatan dengan gaya belajar audio-visual saya lakukan dengan membacakan buku. Berikut adalah buku yang kami baca pada hari ini:





Kegiatan dengan gaya belajar kinestetik saya lakukan dengan percobaan membuat miniatur bentuk-bentuk daratan dan perairan. Kegiatan ini saya lakukan dengan tujuan memberikan pengalaman langsung kepada anak-anak, serta penggambaran secara konkrit mengenai bacaan di buku. Dengan begitu, saya berharap anak-anak bisa mengingat pengertian tentang bentuk-bentuk daratan dan perairan, tanpa harus menghapalnya. Berikut foto kegiatan kami:




Kegiatan dengan gaya belajar visual saya lakukan dengan bantuan kartu tiga bagian bentuk-bentuk daratan dan perairan, serta membuat langsung miniatur danau dan pulau:






#Tantangan10Hari
#Hari2
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Saturday, 22 April 2017

(Hari 1) Mengenal Tata Surya

Pengalaman pertama saya pada pengamatan gaya belajar anak saya, Javas, dimulai dengan tema mengenal tata surya. Sebenarnya ini bukan pengamatan yang berlangsung dalam satu waktu saja; tetapi pengamatan ini sudah saya lakukan dalam beberapa waktu pada saat ini dan lalu. Pun pengamatan itu meliputi ketiga gaya belajar, yaitu visual, audio, dan kinestetik. 

Pada pengamatan audio-visual, saya sering membacakan buku mengenai tata surya. Beberapa buku yang mendukung tema tata surya ini adalah: 
The Solar System: A Lift-the-flap-book

Confidence in Science (CIS): Apa Saja Anggota Keluarga Matahari?

Aku Ingin Tahu Mengapa (ATM): Bintang Berkelip

Pada pengamatan visual saja, di rumah saya menyiapkan kartu tiga bagian dengan tema tata surya. Kartu tiga bagian ini adalah salah satu aparatus yang biasa digunakan dalam pembelajaran dengan metode Montessori. Jadi melalui kartu tiga bagian ini, anak-anak akan belajar mengenai bentuk dari anggota tata surya; sekaligus sebagai kegiatan pra-membaca dan pra-matematika. Beginilah penampakan kartu tiga bagian tersebut: 

Kartu Tiga Bagian (Three Part Cards) Tata Surya
Pada pengamatan kinestetik, saya dan suami pernah mengajak Javas ke Planetarium, Jakarta. Saat itu Javas senang sekali. Namun sayangnya, menurut saya, di Planetarium tidak banyak menyajikan hal-hal atau kegiatan yang bisa merangsang kinestetik anak dalam mengenal tata surya. Mungkin lain waktu, kami akan coba ke Mini Planetarium di TMII. Semoga hasilnya tidak mengecewakan. 


#Tantangan10Hari
#Hari1
#Level4
#GayaBelajarAnak
#KuliahBunsayIIP

Saturday, 15 April 2017

Aliran Rasa Family Project

Alhamdulillah saya telah menyelesaikan tantangan pada game Family Project. Banyak sekali perasaan yang bercampur selama saya menyelesaikan tantangan ini. Perasaan itu dimulai dengan perasaan tidak yakin bisa menyelesaikan tantangan ini dengan sempurna; sampai perasaan tergesa-gesa harus menyelesaikan tantangan karena waktu semakin menipis, sedangkan saat itu jadwal saya lumayan padat.

Beruntung sekali karena Allah memberikan saya partner hidup yang bisa mendukung perubahan baik bagi diri saya dan keluarga kecil kami. Pada awalnya saya ceritakan tentang tantangan ketiga ini, saya yakin sebenarnya beliau blank tentang ide-ide yang akan kami jadikan project. Tapi beliau mau berusaha untuk mencari ide, walaupun akhirnya idenya tidak berhasil kami jadikan project; dan mau untuk mengikuti project-project yang sudah saya rencanakan. Selain itu, beliau juga yang menjadi eksekutor pada hampir setiap sesi 'tea time' dari project yang sudah dilaksanakan.

Sampai akhirnya 10 hari tantangan pada game level 3 ini bisa saya selesaikan; itu semua karena peran suami saya dan juga kedua anak kami yang senantiasa ikut serta dalam setiap project. Pada game level 3 ini, saya merasa belum benar-benar mengoptimalkan kemampuan saya; seperti yang saya sebutkan di awal, karena waktunya bentrok dengan jadwal lainnya. Tapi untuk 7 tantangan lainnya, saya ber-azzam pada diri saya untuk bisa menyelesaikan dengan sempurna dan mengoptimalkan kemampuan dalam diri saya.


#AliranRasa
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#BundaSayang
#IIP

Saturday, 8 April 2017

Family Project 6: Jejak (Jelajah Jakarta)

Projek keluarga kami pada hari ini adalah menjelajah. Gagasan projek ini muncul karena kebetulan pada hari ini saya dan suami ada seminar tentang metode pembelajaran Montessori di daerah M.H. Thamrin. Jadilah kami memutuskan untuk sekalian anak-anak menjelajah beberapa daerah di Jakarta, sampai akhirnya penjelajahan kami berakhir di Masjid Istiqlal.

Friday, 7 April 2017

Family Project 5: Silaturahmi

Siang tadi, saya mengajak anak-anak berkunjung ke tetangga kami yang rumahnya berjarak satu rumah ke kiri. Sebelum mengajak anak-anak, saya jelaskan tujuan kami berkunjung dan peraturan selama kami berkunjung ke sana.

Saya bilang ke mereka: Hari ini kita akan bersilaturahmi ke rumah Kakak Fanny ya. Karena bundanya kakak Fanny baru saja melahirkan adik bayi. Tapi sebelum ke sana, kita ke toko perlengkapan bayi dulu ya. Kita mau beli kado buat adiknya kakak Fanny. Nanti selama dijalan dan di rumah kakak Fanny, abang sama adik tenang ya; supaya bunda bisa mengobrol dengan tenang sama bundanya kakak Fanny.

Singkat cerita akhirnya kami membeli kado dan berkunjung ke rumah Kakak Fanny. Setelah sampai di rumah kakak Fanny, alhamdulillah anak-anak bisa mematuhi peraturan yang saya berikan sebelumnya. Yaaa, walaupun satu atau dua kali masih harus diingatkan, seperti ketika abang tiba-tiba nyelonong ke dapur mereka dan naik-naik di sofa; atau adik yang tidak mau masuk ke dalam rumah, tapi malah main di dekat pagar.

Project ini sebenarnya sudah kami bicarakan sekitar tiga atau empat hari lal; ketika kami melihat tetangga kami tersebut sibuk dengan mobil mereka dan beberapa tas. Owh, mungkin sudah waktunya persalinan, batin saya saat itu. Lalu ketika malamnya kami persiapan mau tidur, saya cerita ke suami saya dan beliau bilang: Yawdah bun, nanti kalau Mama Fanny sudah pulang, ajak anak-anak berkunjung ke sana ya, bun. Sambil sebelumnya dijelaskan ke anak-anak tentang sunnah Rasulullah untuk berbuat baik kepada tetangga. Alhamdulillah niat tersebut bisa kami laksanakan hari ini.


#TantanganHari9
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#IIP

Thursday, 6 April 2017

Family Project 4: Aneka Karbo (Day 5)

Alhamdulillah, hari ini memasuki hari terakhir dari proyek keempat dalam keluarga kami. Pada hari terakhir ini, tadinya saya berencana mau memperkenalkan talas kepada anak-anak kami. Hanya saja, ketika saya mencari di warung sayur pada pagi hari, ternyata talas tidak tersedia.

Maksud hati ingin mengajak anak-anak ke pasar untuk membeli talas. Sayangnya, keadaan fisik saya sedang kurang sehat. Alhasil, pengenalan talas pada hari ini tidak jadi saya laksanakan. Meskipun begitu, saya tetap memperkenalkan talas melalui foto dari internet.

Karena ini hari terakhir, sekalian saja saya menyimpulkan dan me-recall informasi tentang jenis-jenis pengganti karbohidrat yang sudah dicicipi oleh anak-anak. Saya juga menanyakan bagaimana perasaan mereka dalam menjalani proyek kali ini. Sulung sayang menyatakan bahwa dia kurang suka dengan rasa beberapa karbohidrat pengganti nasi, seperti ubi. Tapi untuk jagung dan kentang, dia sangat suka sekali. Sedangkan bungsu saya menyatakan, dia suka semua jenis karbohidrat pengganti nasi.

Saya sangat senang sekali mendengar perasaan mereka. Semoga proyek ini menjadi pengalaman berharga untuk mereka.


#TantanganHari8
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#IIP

Family Project 4: Aneka Karbo (Day 4)

#LatePost

Hari ini memasuki hari keempat dari project keempat kami. Seharusnya, hari ini jadwal perkenalan singkong dalam menu makanan anak-anak kami. Singkong yang bagus-bagus sudah saya pilih dari tukang sayur dan sudah saya bersihkan. Ketika pagi hari setelah anak-anak bangun dan akan saya eksekusi singkong tersebut, dengan menu singkong kukus meleleh (karena akan ditambahkan melted cheese di atas singkong), ternyata Abang Javas agak butuh perhatian lebih dari saya. 

Ketika bangun tidur, Javas mengeluhkan kalau matanya gatal dan sakit. Memang beberapa hari ini saya perhatikan bahwa matanya sering kedip-kedip. Mungkin hanya kelilipan debu, pikir saya. Tapi lama kelamaan, kok kedipnya jadi semakin sering. Dan pagi inilah dia bilang kalau matanya tidak nyaman. Saya perhatikan tidak ada merah atau bengkak; ketika saya sentuh pun, menurutnya tidak sakit. 

Ya sudahlah, karena keadaan mood Javas yang sedang tidak baik. Jadilah rencana hari ini saya batalkan. Seperti biasa, kalau Javas sedang tidak nyaman, seharian dia pasti akan sangaaaat manja sekali pada saya. Akhirnya, kegiatan memakan singkong pun kami ganti dengan bercerita tentang singkong. 

Saat bercerita, saya menceritakan saja informasi sepengetahuan saya tentang singkong. Karena memang saya belum menyiapkan informasi yang detail atau pun print out gambar singkong atau pohon singkong. Meskipun begitu, Alhamdulillah anak-anak tetap senang mendengarnya dan penasaran untuk bermain ke kebun singkong. Hehehe. Insya Allah ya, Nak. Bunda cari-cari dulu di sekitar rumah kita, daerah mana yang masih banyak pohon singkongnya. Hehehehe. 


#TantanganHari7
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#BundaSayang
IIP

Tuesday, 4 April 2017

Family Project 4: Aneka Karbo (Day 3)

Alhamdulillah hari ini adalah hari ketiga kami dalam melaksanakan project keempat kami, yaitu mengenalkan aneka karbohidrat kepada anak-anak.

Pada hari ini, karbohidrat pengganti nasi yang saya kenalkan kepada anak-anak adalah kentang. Berhubung kedua anak lelaki saya sangat menyukai kentang goreng, jadilah menu kentang tersebut hanya saya goreng begitu saja dengan menambahkan sedikit garam dan saus tomat saat memakannya. Menu kentang itu saya jadikan menu sarapan mereka, alhamdulillah mereka sangat menikmatinya.

Tidak banyak usaha yang saya lakukan untuk menu kentang kali ini. Berbeda dengan menu ubi kemarin, ketika saya harus membujuk Javas dan Hizli untuk mencicipinya. Untuk menu kentang kali ini, saya rasa mereka sudah terbiasa dengan kentang goreng yang biasa kami beli di restoran-restoran cepat saji. Jadi ketika menu kentang kali ini saya oleh dengan cara digoreng juga, walaupun mungkin berbeda pada estetika pemotongannya (hehehe), anak-anak saya sudah terbiasa untuk mencicipinya. 

#TantanganHari6
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#BunSayIIP

Monday, 3 April 2017

Family Project: Aneka Karbo (Day 2)

Hari ini masuk hari kedua dari project keempat dalam keluarga kami. Kalau pada hari pertama anak-anak diperkenalkan dengan jagung sebagai pengganti makanan pokok, beras; maka hari ini anak-anak diperkenalkan dengan ubi.

Tadi pagi ketika proses pembelian ubi, saya mengajak anak-anak ke tukang sayur. Setelah sampai di tukang sayur, ternyata ada tiga jenis ubi yang berbeda warna: merah, kuning, dan ungu. Setelah menunjukkan dan menjelaskan perbedaan warna pada ubi tersebut, akhirnya kami memutuskan untuk membeli ubi kuning. Saya tidak tahu apa alasan kami memiliki ubi kuning. Satu jawaban yang pasti, Javas bilang kalau warna kuning sepertinya sangat cerah, bunda. Baiklah, jadilah kami membeli ubi kuning.

Sesampai di rumah, kami mengolah ubi itu dengan cara dikukus. Ya, lagi-lagi saya memilih cara untuk dikukus karena cara ini yang lebih sehar dari pada digoreng.

Pada saat mencicipi ubi, Javas sama sekali tidak mau mencobanya. Walaupun sudah saya jelaskan bahwa rasanya enak, daging ubinya pulen, dan ada sedikit rasa manis alami dari ubi. Tapi tetap saja dia belum mau mencoba. Baiklah, saya tidak memaksanya.

Berbeda dengan Javas, Hizli mau mencoba mencicipi ubi kukus tersebut. Walaupun dia hanya makan sepotong saja, tapi bagi saya itu sudah cukup. Mungkin dia belum terbiasa dengan rasanya. Lain kali akan saya coba lagi untuk memberikan ubi dengan cara yang berbeda.

Catatan buat saya: mungkin lain kali, saya akan mengolah ubi ini menjadi manisan (kolak/candil). Jadi bukan hanya manis ubi saja yang terasa, tapi juga gurihnya santan dan gula merah berpadu menjadi satu. Ditambah lagi dengan aroma pandan yang khas mengundang selera.


#TantanganHari5
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#IIP

Sunday, 2 April 2017

Family Project 4: Aneka Karbo (Day 1)

Pada Family Project yang keempat ini, kami akan memperkenalkan berbagai jenis karbohidrat kepada anak-anak kami. Ide untuk melaksanakan projek ini muncul karena kesadaran kami, sebagai orang tua, bahwa Indonesia adalah negara agraris yang tanahnya sangat subur dan bisa ditanami apa saja. Oleh karena itu, kami pun ingin mendidik anak-anak kami untuk lebih mencintai negerinya dengan segala keberkahan yang diberikan Allah kepada Indonesia. Salah satu tujuan dari proyek ini adalah memperkenalkan berbagai panganan lokal, selain beras, yang bisa dikonsumsi sehari-hari sebagai pemenuh kebutuhan karbohidrat tubuh.

Project keempat ini pula berjalan lurus dengan salah satu tema dalam homeschooling kami, yaitu mengenal Indonesia; mulai dari letak geografis, kepulauan yang dimilikinya, dan juga potensi alam yang ada padanya. Semoga dengan kegiatan ini, anak-anak kami semakin mencintai negeri mereka dan semakin bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Family Project 4: Perkenalan Aneka Karbohidrat

Penanggung Jawab: Bunda

Pelaksana: Bunda, Javas, dan Hizli

Pembagian Tugas:
Bunda bertugas membeli bahan dan menyiapkan bahan
Javas dan Hizli bertugas mengamati selama proses persiapan bahan dan mencicipi setelah matang

Alat dan Bahan: seperangkat panci, pisau, jagung, kentang, ubi, singkong, talas, air (untuk merebus atau mengukus), sendok, piring

Waktu Pelaksanaan:

Hari 1, Minggu 2 April 2017
Pengenalan Jagung

Hari 2, Senin 3 April 2017
Pengenalan Ubi

Hari 3, Selasa 4 April 2017
Pengenalan Kentang

Hari 4, Rabu 5 April 2017
Pengenalan Singkong

Hari 5, Kamis 6 April 2017
Pengenalan Talas

Hasil Pengamatan
Hari 1
Anak-anak merasa antusias sekali menyambut proyek kali ini. Terlebih lagi, mereka senang karena mereka dilibatkan dalam proses pembelanjaan bahan-bahan, yaitu pergi ke warung sayur. hehehehe.

Saat saya menyiapkan jagung untuk direbus, Javas dan Hizli selalu menemani saya di dapur dan memperhatikan semua hal yang saya kerjakan. Lalu munculah banyak pertanyaan dari mereka. Seperti: Bunda, kok jagung berlapis-lapis bungkusnya? Kenapa jagung punya rambut juga seperti kita? Kok warna rambut jagung nggak hitam, sih? Kenapa jagungnya harus dipotong bunda? Kenapa harus direbus? Jagung bisa digoreng kan? Dan masih banyaaaak pertanyaan unik lainnya yang keluar dari mulut mereka.

Selesai proses memasak dan memakan jagung tersebut, mereka merasa senang dan berpesan sama saya, bahwa besok-besok mereka mau lagi untuk sarapan jagung kukus dengan taburan keju parut, mentega, dan susu kental manis. Alhamdulillah.


#TantanganHari4
#GameLevel3
#MyFamilyMyTeam
#IIP

Friday, 31 March 2017

Family Project 3: Crafting!!

Family Project kami yang ketiga adalah membuat pembatas buku. Gagasan untuk membuat pembatas buku ini muncul karena anak-anak sukaaaa sekali membaca buku; sedangkan saya sangat suka kalau buku-buku koleksi kami tetap terjaga kerapihannya. Maka jadilah kami membuat pembatas buku, agar buku-buku tersebut awet tanpa ada lipatan-lipatan di ujung-ujungnya sebagai penanda batas bacaan.

Family Project 3 : Crafting

Penanggung Jawab: Bunda

Pelaksana: Javas dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas menyiapkan alat, bahan, dan pola
  • Javas bertugas menggunting dan berkreasi pada pembatas buku buatannya
  • Hizli bertugas berkreasi pada pembatas buku buatannya
Alat dan Bahan: karton, lem, gunting, spidol, crayon, pernak-pernik crafting

Waktu Pelaksanaan: Jumat, 31 Maret 2017

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
  • Sebelum pelaksanaan 'Family Project'
  • Saat pelaksanaan 'Family Project':  
  • Setelah pelaksanaan 'Family Project'
Evaluasi: 

Berikut adalah foto-foto kegiatan kami:

Tuesday, 28 March 2017

Family Project 2: Makan Siang Bersama

Alhamdulillah hari ini tanggal merah; sehingga suami saya tidak kerja. Jadilah proyek keluarga kami hari ini adalah "Makan Siang Bersama". Sebenarnya sangat sederhana sekali proyek ini; tapi esensi di dalamnya yang sangat istimewa. Karena dalam keseharian kami jarang sekali makan bersama. Bahkan ketika akhir pekan, dalam beberapa kali akhir pekan belakangan ini, saya dan suami selalu mengikuti seminar pengasuhan; jadilah kami kekurangan waktu untuk bersama. Maka pada siang hari yang cerah ini, kami jadikan sebagai moment untuk saling bersama dalam proyek makan bersama. Kira-kira beginilah proyek keluarga kami pada hari ini:

Family Project 2 : Makan Siang Bersama

Penanggung Jawab: Ayah

Pelaksana: Bunda, Javas, dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas membeli makanan.
  • Javas bertugas menemani bunda beli makanan dan menyiapkan nasi ke meja makan
  • Ayah dan Hizli bertugas menyiapkan peralatan makan di meja makan.  
Alat dan Bahan: piring, sendok, makanan.  

Waktu Pelaksanaan: Selasa, 28 Maret 2017

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
Sebelum Pelaksanaan: Ide proyek keluarga kami kali ini, saya utarakan sebelum waktu makan siang. Hal ini terinspirasi karena suami saya sedang libur dan kami tidak ada agenda apa pun keluar rumah. Ketika saya menyampaikan ide tersebut kepada anak-anak dan suami, Alhamdulillah mereka menerimanya dengan senang dan semangat. Anak sulung saya, Javas, yang paling semangat karena dia mendapat tugas menemani saya beli makanan matang; berarti dia bisa ikut jalan-jalan sebentar ke luar rumah. Anak kedua saya, Hizli, juga semangat dengan rencana ini; tetapi dia sedikit bersedih karena kebagian tugas hanya di rumah dan menyiapkan piring bersama ayah. 

Saat Pelaksanaan: Javas senang sekali saya ajak keluar rumah untuk membeli masakan Padang. Walaupun cuaca siang tadi sangat panas dan terik, tetapi tidak menurunkan semangat Javas untuk menjalankan tugasnya. Akhirnya dia berinisiatif untuk membawa payung, supaya tidak kepanasan di jalan, katanya. Setelah sampai di rumah sepulang membeli makanan, saya segera menyiapkan nasi dengan dibantu Javas untuk membawakannya ke meja makan. Semua senang karena bisa menyiapkan makanan bersama untuk dinikmati bersama. Hanya saja ketika mulai makan, Javas dan Hizli tidak segera ikut makan bersama. Mereka bilang bahwa masih kenyang karena minum jus. Iya memang, sebelumnya Javas minum jus jeruk sunkist dan Hizli minum jus alpukat. Ya sudah, walaupun kami tidak bisa makan bersama secara harfiah, tetapi ketika waktu makan siang tadi, kami berada di waktu dan tempat yang sama. Ini benar-benar sangat istimewa bagi keluarga kami; mengingat kesibukan suami saya di luar rumah pada hari biasa; ditambah lagi kesibukan saya yang ikut seminar saat akhir pekan. 

Selesai Pelaksanaan: Selesai makan bersama, saya bersama suami dan anak-anak menghabiskan waktu di kamar tidur sambil menikmati dinginnya AC kamar. Di tengah kebersamaan kami, saya bertanya perasaan Javas saat menyiapkan moment makan bersama tadi. Javas bilang bahwa dia senang. Tapi besok lagi dia tidak mau ikut ke luar beli makanan, karena di luar sangat panas dan capek. Kalau Hizli, dia juga senang dan bilang bahwa dia mau ikut ke luar beli makanan; karena di rumah bosan. Hehehe. Ya sudah, kalau begitu, besok lagi bertukar peran saja. Sedangkan kalau suami saya, beliau jawab: besok lagi kita nge-Go Food aja, ya, Bun! Hehehe. Oke, Ayah! 

Berikut foto-foto kegiatan proyek keluarga kami hari ini: 


#TantanganHari2
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Thursday, 23 March 2017

Family Project 1: Membuat Teh

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya  kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sakali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkatan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra: 23-24) 


Beberapa hari ini, dua ayat di atas menjadi pembelajaran dalam kegiatan homeschooling kami. Dalam keseharian, saya dan suami selalu mengulang-ulang membacakan ayat-ayat ini kepada kedua anak lelaki kami; sekaligus men-saounding beberapa aktivitas yang kami golongkan sebagai aktivitas 'berbakti kepada ayah bunda'. Qodarullah, materi yang disampaikan dalam kuliah Bunda Sayang IIP adalah membuat 'Family Project'. Jadilah kami membuat 'Family Project' pertama kami yang dilandasi oleh dua ayat di atas. Jadi beginilah detail 'Family Project' pertama kami: 

Family Project 1 : Membuat Teh untuk Berbuka Puasa

Penanggung Jawab: Bunda

Pelaksana: Javas dan Hizli

Pembagian Tugas:
  • Bunda bertugas menyiapkan alat dan bahan.
  • Javas dan Hizli bertugas membuat teh. 
  • Ayah dan Bunda bertugas mencicipi teh buatan Javas dan Hizli.  
Alat dan Bahan: dua gelas tinggi, dua sendok, dua kantong teh, gula pasir secukupnya, air panas, air biasa, nampan. 

Waktu Pelaksanaan: Kamis, 23 Maret 2017 (saat Ayah puasa sunnah dan Bunda puasa bayar hutang Ramadhan)

Durasi Pelaksanaan: 1 hari

Hasil Pengamatan: 
  • Sebelum pelaksanaan 'Family Project': Pembicaraan mengenai Family Project kami ini dilakukan pada malam sebelumnya ketika menjelang waktu tidur. Pembicaraan itu terjadi begitu saja dan ide pun muncul secara tiba-tiba. Qodarullah memang saya dan suami ingin melaksanakan puasa pada hari kamis, juga kami sedang membahas dua ayat dalam Al-Quran tentang adab terhadap orang tua; jadilah kami mengambil ide yang sederhana, namun cukup esensial bagi pembelajaran anak-anak kami. Saat pembicaraan rencana project tersebut, Javas dan Hizli menyambut dengan gembira. Tentu mereka gembira, karena teh adalah minuman kesukaan mereka dan sehari-hari kalau yang namanya kegiatan eksplorasi dengan makanan (cooking experience); mereka pasti akan sangat antusias sekali. 
  • Saat pelaksanaan 'Family Project': Ketika pelaksanaan cukup banyak kehebohan terjadi dan beberapa hal yang di luar perencanaan. Kehebohan sudah mulai muncul ketika menjelang adzan maghrib. Saat itu saya belum mandi dan peralatan untuk membuat teh belum disiapkan, termasuk belum ada air panas karena kami tidak menggunakan termos air panas di rumah; anak-anak pun bertanya-tanya, "Bunda, kapan bikin teh nyaaaa? Ini udah mau maghrib lho..." Hal yang terjadi di luar rencana adalah karena suami saya belum pulang dan dia lembur. Jadilah kami hanya bertiga saja mengerjakan project ini. Alhamdulillah anak-anak tetap senang menjalani project ini. Hal itu terlihat dari antusiasme mereka dalam melakukan segala hal yang diinstruksikan; bahkan sebelum diinstruksikan pun mereka sudah berinisiatif untuk melakukannya. Contohnya seperti Javas yang sudah langsung menuangkan gula padahal teh nya belum terlalu larut di gelasnya. Juga Hizli yang langsung mencicipi tehnya, padahal belum dituangkan air biasa ke dalam gelas, sehingga Hizli kepanasan saat mencicipinya. 
  • Setelah pelaksanaan 'Family Project': Menjelang waktu tidur, ketika suami saya sudah pulang, barulah kami membahas lagi tentang project pertama keluarga kami. Saya bertanya perasaan anak-anak saat membuat teh dan mereka menjawab bahwa mereka sangat senang. Bahkan kata Javas, besok-besok kalau Ayah dan Bunda puasa lagi, dia yang mau membuatkan teh dan memberikannya ke Ayah dan Bunda. Hizli pun demikian. Dia merasa senang karena bisa ikut menyiapkan minuman berbuka puasa, walaupun rasa teh nya masih kurang manis. Hehehe. Lalu saya bertanya kepada mereka, bagaimana perasaan mereka karena ayah pulangnya telat. Dan mereka jawab, "Ya nggak apa-apa. Kan tehnya jadi aku yang minum." Hahaha. Kontan jawaban ini membuat saya dan suami tertawa.
Evaluasi: 
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, sejatinya kegiatan Family Project kami haruslah dihadiri lengkap oleh seluruh anggota keluarga. Karena kalau saja ada satu anggota keluarga yang tidak lengkap, maka akan terjadi kehebohan dan kerepotan yang di luar dugaan. Selain itu, saya pun mengerti bahwa untuk keluarga kami, tidak perlu project yang terlalu ribet dan membutuhkan banyak biaya. Bahkan project sederhana dengan biaya yang murah, asalkan sesuai dengan target pendidikan dan pengasuhan, bisa saja langsung kami lakukan. 

Berikut adalah foto-foto kegiatan kami:









Selesai

#TantanganHari1
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunsayIIP

Wednesday, 15 March 2017

Game Level1: Tantangan 10 Hari Komprod & Review

Game Kelas Bunda Sayang


Level 1
TANTANGAN 10 HARI BERKOMUNIkASI PRODUKTIF

Selamaaat anda memasuki game level 1, di kelas bunda sayang ini.

Dan inilah tantangan bulan ini :

KOMUNIKASI KELUARGAKU

a. Buatlah "family forum" ( forum keluarga) sebagai sarana komunikasi ala keluarga anda.

b. Ceritakan dg narasi pendek dan boleh disertai foto,

๐Ÿ€Hal menarik apa saja yang anda dapatkan dalam berkomunikasi dengan keluarga anda hari ini?

๐Ÿ€Perubahan apa yang anda buat hari ini dalam berkomunikasi?

c.Waktu yang kami berikan dari tanggal 24 januari -  11 feb 2017.

d. Anda cukup mengupload/menceritakan 10 hari dari 17 hari yg kami sediakan.

e. Setiap kali posting/upload gambar jangan lupa pakai hastag

#hari1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

f. Link tulisan dan foto anda dikumpul setiap hari di form yang sudah kami sediakan :

http://bit.ly/BusayLevel1Tangerang-Tangsel

g. Setelah menyelesaikan 10 tugas, mohon tuliskan kembali link 10 tugas tersebut di koment thread yang dibuat koordinator bulanan di group fb

h. Bagi anda yang sudah menyelesaikan tantangan di level 1 ini dengan tepat waktu akan mendapatkan badge cantik bertuliskan

I'm responsible for my communication result

yang sudah disiapkan oleh para tim fasilitator bunda sayang.

Selamat berkreasi dalam membangun komunikasi


Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang 2017/


FAQ Tantangan 10 hari Komunikasi Produktif

❓Apakah tantangan 10 hari komprod ini harus dengan keluarga lengkap?

➡ Tidak ada ketentuan yg mengatakan harus lengkap

Full team
buat anda yg sdh berkeluarga dan berada di satu lokasi, silakan praktek dg keluarga anda full team

LDR
Buat anda yg LDR bisa  membuat forum via online

Single parent
Bisa buat forum keluarga dengan anak anda

Single
Bisa tulis perubahan komunikasi anda dari hari ke hari dg diri sendiri, dengan teman/partner kerja

❓Apakah harus dengan foto?

➡ di aturan tertulis boleh  disertai foto, artinya tidak harus. Yang utama adalah
1.  ini forum komunikasi ala keluargaku, mana forum komunikasi ala keluargamu? silakan tulis pengalaman membuat forum komunikasi kel anda *setiap hari*l

2. perubahan apa saja yg anda lakukan dalam berkomunikasi hari ini ?

❓Apakah harus per hari, bolehkah sekaligus posting 10 hari?

➡ ya harus ditulis per hari, krn kita akan belajar konsisten

⛔ Tidak boleh posting sekaligus 10 hari.

❓Apakah boleh ditulis  di blog per harinya?

➡ boleh, link tulisan di blog anda share via thread fb yg dibuat oleh petugas

❓Utk family forum ini bentuk dan bahasannya bebas kan?

➡ ya bebas


❓Cerita ttg family forum-nya harus aktual trjadi di hari pelaporan, atau bisa menceritakan ttg family forum yg dulu pernah dilakukan?

➡.  Tantangan ini adalah mempraktekkan ilmu, artinya harus "cerita hari ini" bukan "cerita dulu". Tidak harus selalu kesuksesan membuat forum atau berkomunikasi, boleh juga cerita kegagalan membuat forum dan berkomunikasi. Kalau cerita kegagalan di bagian akhir harus anda tulis, pelajaran yang anda dapatkan dari kegagalan tersebut.


Review Tantangan 10 Hari
Materi Bunda Sayang #1 :
Institut Ibu Profesional
 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Pertama, Kami ucapkan selamat kepada teman-teman yang telah melampaui tantangan 10 hari dalam berkomunikasi produktif, dinamika yang terpancar dalam tantangan 10 hari ini sungguh beragam. Mulai dari memperbincangkan hal teknis sampai dengan tantangan nyata komunikasi kita dengan diri sendiri, dengan pasangan dan dengan anak-anak. Mungkin beberapa diantara kita tidak menyadari pola komunikasi yang terjadi selama ini, tetapi setelah mengamati dan menuliskannya selama 10 hari berturut-turut dengan sadar, baru kita paham dimana titik permasalahan inti dari pola komunikasi keluarga kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Dari “TANTANGAN 10 HARI” sebenarnya kita bisa melihat pola komunikasi dengan diri kita sendiri, bagaimana kita memaknai satu kalimat di atas. Limit yang kita tentukan bersama di tantangan ini adalah 10 hari, maka kita bisa melihat masuk kategori tahap manakah diri kita :

a. Tahap Anomi : Apabila diri kita belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, belum mulai menulis tantangan 10 hari satupun, karena mungkin belum memahami makna dari sebuah konsistensi.

b.Tahap Heteronomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, tapi belum konsisten. Kadang menuliskannya, kadang juga tidak. Hal ini karena dipicu oleh pemahaman dan mendapatkan penguatan dari lingkungan terdekat yang membentuk opini dan persepsi sendiri.

c. Tahap Sosionomi : Apabila diri kita sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator, dan sudah mulai konsisten. Menjalankan tantangan tepat 10 hari. Hal ini karena dipicu sebuah kesadaran dan mendapat penguatan dari lingkungan terdekat.

d. Tahap Autonomi : Apabila diri kita terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten, tidak  hanya berhenti pada tantangan 10 hari, anda terus melanjutkannya meski tidak ada yang menyuruh, tidak ada yang menilai. Berkomunikasi produktif sudah menjadi budaya dalam kehidupan anda.
“10 Hari” adalah Limit terendah kita, hal tersebut hanyalah sebuah tetapan untuk mempermudah tercapainya sebuah tujuan.

Maka komunikasi kita dengan diri sendiri harus bisa terus mengupgrade limit tersebut. Dari sekarang kita harus paham benar bahwa limit kita adalah unlimited. Tidak ada yang mampu membatasi kita kecuali diri kita sendiri. Dengan konsep tersebut maka tidak ada yang tidak mungkin. Tentukan limit anda setinggi mungkin untuk diraih dan selalu diperbarui. Kuncinya adalah komunikasi produktif dengan diri sendiri.

The greater danger of most of us is not that our aim is too high and we miss it, but it is too low and we reach it – Bahaya besar bukan karena kita mempunyai target tapi tak mampu mencapainya. Akan jauh lebih berbahaya jika kita mempunyai target yang terlalu rendah dan kita berhasil mencapainya – Michael Angelo.

KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Dalam prakteknya ternyata ini menjadi bagian yang sangat seru yang dihadapi oleh teman-teman semua. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola komunikasi anda dengan pasangan
yaitu :

a. Faktor Eksteropsikis ( Ego sebagai Orangtua)

Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah (harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya..

contoh : Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP).

Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, melarang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP).


b. Faktor Arkeopsikis ( Ego sebagai anak-anak)
Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif,masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebagainya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak

contoh : Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya yang bersifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.


c. Faktor Neopsikis ( Ego sebagai orang dewasa)
Yaitu bagian dari kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan bertanggung jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku sesuai dengan yang telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego dewasa..

contoh : Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber¬sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya, adalah ciri-ciri komunikasi orang dewasa.

Ketiga Ego tersebut dimiliki setiap orang, kita lihat dari caranya berkomunikasi, kalimat yang dipilih dan bahasa tubuh yang digunakan.

ANALISIS TRANSAKSIONAL KOMUNIKASI

a. TRANSAKSI KOMPLEMENTER
jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.

Contoh :
ketika suami meminta kita berbicara berdasarkan fakta, maka balas komunikasi tersebut dengan hal-hal yang logis.( ego dewasa)
suami : : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)
istri : “ayo kita  cari tahu bareng, terakhir ayah lepas arloji itu dimana? ( menggunakan e go dewasa)


b. TRANSAKSI SILANG
terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah¬pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.

Contoh :
ketika partner kita mengajak komunikasi berdasarkan  ego dewasa, kita menanggapinya dengan ego anak-anak.

Suami : “Arloji yang biasanya di meja ini, kok tidak ada ya mah?”( menggunakan data dan logika  - ego dewasa)

Istri : “Mana kutahu, aku udah capek seharian ngurus anak-anak,  masih diminta ngurus arloji” ( menggunakan ego anak-anak )

pasti akan menyulut respon emosi.

c. TRANSAKSI TERSEMBUNYI
jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar¬pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter¬sembunyi.

Contoh:
Seorang ibu masuk ke dalam sebuah toko untuk membeli sebuah lemari es. Sang penjual memperlihatkan beberapa merk, dengan menyebutkan harganya. Sang ibu melihat lemari es yang tinggi dan bertanya: “Berapa harga yang tinggi itu?” (ungkapan dari ego state dewasa dan mengharapkan respon dari ego state dewasa juga).

Penjual itu kemudian menanggapi: “Yang itu terlalu mahal bagi Ibu.” Tanggapan ini memang terlihat sebagai transaksi antara ego state dewasa dan dewasa, tetapi ada unsur tersembunyi di dalamnya yang tidak jadi terumuskan, yaitu: “Ibu tidak mempunyai cukup uang untuk membeli yang mahal itu”. Kemudian sang ibu merasa tersinggung, dan memang begitulah maksud penjual itu, menyinggung perasaan sang ibu dengan mengatakan bahwa ibu itu tidak mampu membeli lemari es yang mahal.

Menanggapi pernyataan itu, untuk membuktikan bahwa dirinya mampu membeli barang mahal itu, sang ibu lalu berkata: “Yang tinggi itu mau saya beli!”.

BERKOMUNIKASI SESUAI BAHASA CINTA ANAK

Menurut Gary Champan & Ross Campbell, MD, dalam buku mereka yang bertajuk The Five Love Languages of Children, terdapat 5 cara anak dan manusia memahami dan mengekspresikan cinta, yakni;

1. Sentuhan Fisik,

2. Kata-kata Mendukung,

3. Waktu Bersama,

4. Pemberian Hadiah,

 5. Pelayanan.


Umumnya setiap anak bisa menerima cinta melalui 5 bahasa di atas, namun ada satu bahasa yang paling dominan pada masing-masing anak. Berikut adalah tips dalam berkomunikasi dengan si kecil sesuai bahasa cintanya.

1. Apabila bahasa cinta anak kita adalah Sentuhan Fisik
* Saat bertemu dan berpisah dengan si kecil, berilah pelukan.
* Saat si kecil stres, beri belaian untuk menenangkannya.
* Peluk dan cium si kecil saat ia tidur malam dan bangun pagi.
* Setelah mengajar disiplin pada si kecil, beri pelukan sejenak dan jelaskan bahwa pengajaran yang diberikan adalah untuk kebaikannya dan Anda tetap sayang padanya.
* Saat memilih hadiah untuknya, beri benda yang dapat ia pegang/peluk, seperti bantal, boneka, atau selimut.
* Saat menghabiskan waktu bersama si kecil, seperti menonton televisi bersama, duduklah berdekatan dengannya, sambil berpelukan.
* Sering-seringlah bertanya padanya apakah ia mau digandeng atau dipeluk.
* Apabila ia terluka, pegang dan peluk mereka untuk memberi kenyamanan.

2.Apabila bahasa cintanya adalah Kata-kata Mendukung
* Saat menyiapkan bekal untuknya, masukkan kertas kecil berisi kata-kata mendukung.
* Saat ia berhasil mencapai prestasi, tunjukkan rasa bangga Anda dengan memberi kata-kata membangun, seperti “Mama bangga dengan adik bermain adil di permainan tadi,” atau “Kakak baik sekali membantu adik membangun rumah-rumahan itu.”
* Simpan hasil karya si kecil, seperti lukisan atau tulisan, dan pajang dengan tambahan tempelan kertas mengapa Anda bangga dengan karyanya itu.
* Biasakan mengucap kata, “Mama sayang kamu,” tiap berpisah dengan si kecil atau menidurkannya di malam hari.
* Saat si kecil bersedih, bangun kepercayaan dirinya dengan mengucapkan alasan-alasan yang membuat Anda bangga padanya.


3. Apabila bahasa cintanya adalah Waktu Bersama
* Coba libatkan anak dalam aktivitas-aktivitas Anda, seperti belanja ke supermarket, memasak, mencuci piring, dan lain sebagainya.
* Saat si kecil ingin bercerita, hentikan sejenak aktivitas Anda untuk benar-benar menatap dan mendengarnya.
* Ajak si kecil memasak bersama, seperti membuat kue atau camilan lainnya.
* Tanyakan kepada si kecil mengenai tempat-tempat yang ingin ia kunjungi, dan jika ada kesempatan, beri kejutan dengan mengajak mereka ke tempat-tempat tersebut.
* Biasakan untuk memintanya menceritakan hari yang ia lalui di sekolah atau aktivitas lain yang telah ia lakukan.
* Saat mengajak si kecil bermain, bermainlah bersamanya ketimbang hanya menonton.
* Jika Anda memiliki lebih dari 1 anak, tetapkan jadwal bermain dengan masing-masing anak secara individu, tanpa melibatkan yang lain.


4. Apabila bahasa cintanya adalah Pemberian Hadiah
* Kumpulkan hadiah-hadiah kecil (tak perlu mahal) untuk diberikan kepada si kecil di saat-saat yang pas.
* Bawa permen atau camilan kecil lain yang dapat Anda berikan pada si kecil saat sedang bepergian.
* Beri makanan kesukaan si kecil, Anda bisa memasaknya sendiri atau mengajak si kecil ke restoran kesukaannya.
* Buah sebuah “kantong hadiah” berisi hadiah-hadiah (tak perlu mahal) yang dapat dipilih si kecil saat ia melakukan prestasi.
* Saat menyiapkan bekal untuknya, selipkan hadiah kecil untuknya.
* Buatkan semacam permainan teka-teki untuknya mencari hadiah dari Anda.
* Daripada membeli hadiah ulang tahun yang mahal, buatkan pesta ulang tahun meriah di tempat yang ia sukai.


5. Apabila bahas cintanya adalah Pelayanan
* Temani ia saat mengerjakan pekerjaan rumahnya.
* Saat ia sedih atau menghadapi kesulitan, buatkan makanan kesukaannya.
* Daripada menyuruhnya tidur, gendong atau gandeng mereka ke tempat tidur.
* Saat sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah, bantu mereka memilih pakaian untuk hari itu.
* Mulai ajarkan si kecil mengasihi orang lain dengan memberi contoh membantu orang lain atau memberi sumbangan kepada orang yang kurang mampu.
* Saat si kecil sakit, angkat semangatnya dengan menonton film, membaca buku, atau masak sup yang ia sukai.
* Saat menyiapkan sarapan, makan siang, atau makan malam, selipkan makanan penutup atau camilan kesukaan mereka.

Cara mengamati bahasa cinta anak :

1.  Amati cara si Kecil mengekspresikan cintanya pada Mama
Apabila si Kecil seringkali mengucapkan “Aku sayang Mama” atau “Terima kasih Mama atas makan malam yang enak”, Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin adalah “Kata-kata Mendukung”.

2. Amati cara si Kecil mengekspresikan cinta kepada orang lain
Apabila si Kecil seringkali ingin memberikan hadiah kepada teman atau gurunya, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Pemberian Hadiah”.

3. Pelajari apa yang seringkali diminta oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering meminta Mama untuk menemaninya bermain atau membacakan cerita untuknya, maka Bahasa Cinta yang dominan padanya mungkin “Waktu Bersama”. Sedangkan kalau si Kecil sering meminta pendapat Mama mengenai apapun yang sedang dilakukannya, seperti “Mama suka ga sama gambarku?” atau “Bajuku bagus ga Ma?”, mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Kata-kata Mendukung”.

4. Pelajari apa yang seringkali dikeluhkan oleh si Kecil
Apabila si Kecil sering mengeluh mengenai kesibukan Mama atau Papa diluar rumah, seperti “Papa kok kerja terus yah” atau “Mama kok ga pernah mengajakku ke taman lagi,” maka mungkin Bahasa Cinta yang dominan padanya adalah “Waktu Bersama”.

5. Beri 2 pilihan kepada si Kecil
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, Mama bisa menanyakan apa yang diinginkan si Kecil, untuk menemukan Bahasa Cinta yang dominan padanya. Pertanyaan yang diberikan dapat berupa pilihan antara 2 Bahasa Cinta. Contohnya, saat Mama ada waktu luang, dapat memberi pilihan kepada si Kecil seperti “Sore ini adik mau Mama temani jalan-jalan atau mau Mama betulkan rok adik yang rusak?”, dengan memberi pilihan ini maka Mama memberikan pilihan antara Bahasa Cinta “Waktu Bersama” atau “Pelayanan”.


Sumber bacaan:

Gary Chapman & Ross campbell M.D, The 5 Love language of children, jakarta, 2014

Eric Berne, Games people Play, jakarta

Eric Berne, Transaksional Analysis, jakarta.

Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1: Komunikasi Produktif

Institut Ibu ProfesionalMateri Kelas Bunda Sayang sesi #1


KOMUNIKASI PRODUKTIF

Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda

Kata  masalah gantilah dengan tantangan

Kata Susah gantilah dengan Menarik

Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.


Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


 Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.


KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


 Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.


FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.


Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.


Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA


 Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.


Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.


Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:


1. Kaidah 2C: Clear and Clarify

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. Choose the Right Time

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. Kaidah 7-38-55

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. Intensity of Eye Contact

Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. Kaidah: I'm responsible for my communication results

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.


Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.


KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.

Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. Keep Information Short & Simple (KISS)

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu

⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. Fokus pada solusi bukan pada masalah

⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.


g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi

⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati

⛔Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. Ganti perintah dengan pilihan

⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,


/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000

Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015


Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014


Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari

Kuliah Bunda Sayang  sesi #1 Komunikasi Produktif

Reminder selama mengerjakan tantangan 10 hari

https://youtu.be/qr9j0Xz9oUU




Cemilan Rabu #1
12  Gaya Populer, Penghambat Komunikasi Kita


๐Ÿ“†  Hari baru, Semangat Baru

Satu minggu sudah kita memperdalam materi "Komunikasi Produktif". Dan teman-teman saat ini sedang melatih kekonsistenan diri dalam menjaga komunikasi dengan diri kita sendiri, dengan partner atau rekan kerja  dan dengan anak-anak kita. Banyak tantangan ya pasti, tapi seru. Di pekan pertama ini, kami ingin berbagi tentang 12 gaya populer, yang menghambat komunikasi kita.

Mungkin sebagian besar dari kita sudah sering mendengar tentang 12 gaya populer (parenthogenic).  Tanpa kita sadari, secara turun temurun 12 gaya komunikasi ini sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Ketika anak sedang atau tidak bermasalah pun, jika kita sering meresponnya dengan menggunakan 12 gaya populer ini, anak akan merasa tidak percaya dengan emosi atau perasaannya sendiri.

Padahal sangat penting bagi anak untuk belajar percaya dengan perasaannya dan dirinya, hal tersebut akan mendukung perkembangan emosinya dan mendorong anak tumbuh menjadi percaya diri.

Jika perkembangan emosi anak baik, ia juga akan memiliki kontrol diri yang baik ketika menghadapi suatu masalah, bahkan ia akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Berikut adalah  contoh-contoh 12 gaya populer:

1⃣Memerintah,
contoh: “Mama tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”

2⃣Menyalahkan,
contoh: Ketika anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar”

3⃣Meremehkan,
contoh: “Masak pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?”

4⃣Membandingkan,
contoh: “Kok kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau”

5⃣Memberi cap,
contoh:”Dasar anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!”

6⃣Mengancam,
 contoh: “Kalau kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”

7⃣Menasehati,
contoh: “Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak kumannya…”

8⃣Membohongi,
contoh: “Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”

9⃣Menghibur,
contoh: Ketika adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya, bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak dari yang dimakan kakak tadi”

๐Ÿ”ŸMengeritik,
contoh: “Lihat tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar dong!”

1⃣1⃣Menyindir,
contoh: “Hmmm… Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi”

1⃣2⃣Menganalisa,
contoh: “Kalau begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat lain…”

Aha! makin banyak yang harus kita perbaiki ya, ayo lanjutkan tantangan 10 hari teman-teman, dengan kualitas komunikasi yang semakin bagus.


Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang/

Sumber bacaan:

Elly Risman, Penghambat Komunikasi Dalam Keluarga, artikel, 2014

Tim Fasilitator Bunda sayang IIP, Hasil Tantangan 10 hari, komunikasi produktif, 2017


Contoh dari tim fasil
Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

☕๐Ÿช cemilan rabu #2 ๐Ÿช☕
BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP HASIL KOMUNIKASI KITA


Bulan ini bagi teman-teman yang sudah bisa menyelesaikan tantangan 10 hari, akan mendapatkan badge yang bertuliskan

I'm responsible for my communication result

Artinya apabila hasil komunikasi kita dengan pasangan hidup, dengan anak-anak, dengan teman-teman di komunitas, rekan kerja dan masyarakat sekitar kita, tidak sesuai harapan, maka jangan salahkan penerima pesan, kitalah yang bertanggung jawab untuk mengubah strategi komunikasi kita.

Contoh kasus saya pernah jengkel dengan assisten rumah tangga saya yang biasa dipanggil budhe. Berkali-kali diberitahu cara setrika yang benar, tapi hasilnya selalu salah.

Kondisi seperti ini biasanya akan menyulut emosi kita ke penerima pesan.

Maka saya harus segera mencari orang ketiga untuk cari solusi lain.

Saya ceritakan kondisi ini ke pak dodik, beliau hanya menjawab simple

"Kalau sekali saja diberitahu langsung paham, maka budhe itu sudah pasti jadi manager sebuah bank, bukan kerja di rumah ini"

(๐Ÿ˜€ beginilah salah satu gaya komunikasi pak dodik)

Hmmm....sayalah yang harus mengubah strategi komunikasi saya, artinya gaya komunikasi saya tidak tepat saat itu, bukan salah budhe.

Akhirnya ketemulah pola, kalau berkomunikasi dengan budhe harus diberi contoh, tidak hanya diberitahu lewat omongan saja.

Ini baru satu contoh komunikasi kita dengan assisten rumah tangga, belum lagi kasus komunikasi kita dengan ibu kita atau dengan ibu mertua kita, pasti makin kompleks. Dan yakinlah semua itu membuat kita makin terampil berkomunikasi, selama kita tidak menyalahkan hasil komunikasi kepada orang yang kita ajak bicara.

There is NO failure, only WRONG RESULT, so we have to CHANGE our strategy

Tidak ada kegagalan berkomunikasi itu yang ada hanya hasil yang berbeda, tidak sesuai harapan, untuk itu segera ubah strategy komunikasi anda.

Ingat satu hal ini, pada dasarnya kebutuhan manusia yang paling dalam adalah keinginan agar perasaannya didengar, diterima, dimengerti dan dihargai.

Jadi dalam komunikasi, kita perlu meningkatkan kemampuan kita dalam mencoba memahami perasaan orang lain, apakah itu teman, pasangan hidup, rekan kerja, atasan, anak atau siapapun juga yang menjadi lawan bicara kita.

Untuk anak-anak, seringkali mereka belum mampu untuk mengatakan apa yang mereka rasakan, bisa jadi karena perbendaharaan kata mereka yang belum banyak.

Maka mereka akan menggunakan bahasa tubuh bahkan jauh ketika mereka belum pandai berbicara.

Sebagai orang tua maka kita harus meningkatkan kepekaan kita dalam menangkap makna dibalik bahasa tubuh dan perasaan apa yang mendasari sehingga kita bisa memahami perasaan yang ingin disampaikan si anak.

Rasa kurang percaya diri biasanya muncul karena kita “menidakkan perasaan” sehingga lawan bicara menjadi bingung, kesal, tidak mengenali perasaannya sendiri akhirnya tidak percaya pada perasaannya sendiri.

Jadi ingat dialog saya dan ibu waktu kecil

Saya : “Ibu, aku benci sama pak Guru. Tadi aku dimarahi di depan kelas”

Ibu : “Pasti kamu melakukan kesalahan makanya pak Guru marah sama kamu. Tidak mungkin kan pak Guru tiba-tiba marah”

Kalimat itu membuat saya jengkel sekali karena ibu seakan-akan justru membela pak guru dan otomatis menyalahkan saya.

Padahal saya hanya ingin di dengarkan. Sehingga kalimat

"Mbak jengkel banget ya sama pak guru, sini duduk sebelah ibu, minum teh hangat, dan mbak lanjutkan ceritanya"

Selamat melanjutkan tantangan komunikasi anda, jangan pernah menyerah walau kadang anda merasa lelah.

Salam Ibu Profesional,

/Septi Peni/

Sumber bacaan :

Pengalaman pribadi dalam menghadapi tantangan komunikasi sehari-hari

Tugas Chukyuu 5

Komono Kitchen Hal yang dilakukan: 1.Mencuci piring dan peralatan masak setelah selesai masak 2.Mengelap cipratan minyak pada dinding da...